Hari Raya Tritunggal Mahakudus (B)
“ALLAH SELALU BERGERAK, BERTINDAK”
Ul 4:32-34.39-40, Rm 8:14-17, Mat
28:16-20
oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC
Berbagai
tarian dari Nusantara sangat mengagumkan. Karakter dan simbolisasi dari satu
daerah ke daerah lain begitu berbeda. Ada tarian yang penuh dengan dinamika
meluap-luap. Ada yang ritmis dan sangat teratur. Ada pula yang sangat tenang,
agung, dan mistis. Yang kita tangkap dalam semua tarian itu adalah ‘energi’ di
dalam relasi. Para penari tidak hanya menampilkan sesuatu di depan penonton.
Mereka berkomunikasi, menyampaikan sebuah pesan kepada kita. Tatapan mata yang
sekilas, atau bahkan kepala yang menunduk sekalipun, adalah suatu pesan yang
menyapa dan melibatkan kita. Melihat sebuah tarian yang indah membuat kita
seakan-akan terlibat di dalam suatu kisah yang menghidupkan.
Di
jalan-jalan, kita hampir tak pernah melihat orang yang menari untuk menampilkan
seni atau menyampaikan pesan. Kehidupan banyak orang di jalan sangat serius.
Setiap orang punya urusan yang penting sehingga gerakan yang kita lihat tidak
punya makna yang lebih dari sekadar gerakan. Kehidupan yang terlalu serius
seperti itu melelahkan, kalau tidak malah berlalu tanpa kesan, dan tanpa pesan.
Bagian
akhir Injil Matius yang kita dengar hari ini menghadirkan penampakan Yesus
kepada kesebelas murid, setelah kebangkitan, di sebuah bukit di Galilea.
“Ketika melihat Yesus mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu”.
Tindakan menyembah menunjukkan relasi, pengakuan, dan kesetiaan. Sebaliknya,
keraguan akan terungkap dalam sikap diam atau memandang dengan tidak yakin.
Iman, tentu saja, tidak bisa dipaksakan. Akan tetapi, sikap dalam beriman
adalah ungkapan relasi yang paling kelihatan.
Selanjutnya
Yesus mengutus para murid-Nya untuk melakukan banyak hal yang semuanya berupa
tindakan: pergilah, jadikanlah, baptislah, ajarlah. Para murid tidak dibiarkan
termenung terlalu lama. Mereka segera ditugasi untuk bekerja, dan meskipun akan
segera kembali kepada Bapa, Yesus memberikan jaminan yang sangat melegakan:
“Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Kuasa
dari Bapa melalui Yesus, pesan yang jelas, dan energi untuk menjalankan misi (Roh
Kudus) adalah inti kehidupan yang adalah Allah sendiri. Para murid diberi
tujuan hidup yang jelas ketika hendak mulai bersaksi kepada dunia.
Kehidupan
yang kelihatan di masyarakat kita mencerminkan sikap batin para warganya. Manakala
keseharian orang dijalani dengan rusuh, bisa dibayangkan apa yang sedang
bergejolak di dalam hatinya. Kalau kita melakukan sesuatu dengan membuat
bunyi-bunyian yang keras, mungkin kita sedang membutuhkan perhatian atau
pengakuan. Kadang-kadang kita mengalami bahwa seakan-akan setiap hal yang kita
lakukan menjadi salah. Itu terjadi berturut-turut dan kita bertanya-tanya, ada
apa dengan diri kita. Tindakan, ketika kehilangan makna dan tujuan, menjadi
sia-sia. Seharusnya di saat melakukan sesuatu, kita tetap berelasi dengan yang
lain, supaya apa yang kita perbuat membawa pesan bagi orang lain. Iman kita
selalu mendorong pada misi kepada dunia, diarahkan pada tujuan yang dikehendaki
Tuhan. Dengan begitu kita membawakan semangat iman yang menghidupkan lingkungan
sekitar kita.
Kitab
Ulangan (Bacaan I) melukiskan sosok Allah yang sangat peduli dan terutama
selalu ‘bertindak’ bagi umat-Nya. Musa mengajak orang Israel berpikir, bahwa
dalam sejarah umat manusia, tidak ada Allah seperti yang selama ini membesarkan
dan melindungi mereka. Allah ini bersabda dari tengah api, mengambil dan
menyelamatkan umat-Nya dari tengah bangsa lain, serta “menyertai dengan tangan
yang kuat dan lengan yang perkasa”. Allah seperti itu luar biasa, karena Ia
bertindak langsung di dalam dunia. Ia hadir, bergerak, menyelamatkan.
Kitab-Kitab Perjanjian Lama selalu menggambarkan Allah yang ‘melakukan’
tindakan penyelamatan di tengah-tengah umat-Nya.
Para
pujangga Gereja pernah memunculkan istilah yang unik untuk menggambarkan Allah
Tritunggal, yakni ‘perichoresis’ (Yun.), yang secara harafiah berarti
‘menari-nari’. Allah adalah sosok yang bergerak, yang menampakkan relasi dalam
diri-Nya sendiri. Kita mengenal dan berelasi dengan-Nya, setiap kali menyebut
nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Allah selalu bergerak. Ia selalu berjalan bersama
kita. Ia ada di segala tempat, khususnya ketika kita menjalankan misi seperti
yang disampaikan Yesus: pergilah, jadikanlah, baptislah, ajarlah. Semua
tindakan iman kita punya makna. Oleh karenanya, iman kepada Allah Tritunggal
kita alami, ketika kita pun bergerak dan bertindak bersama Dia.
Semoga
kita tetap yakin dengan tujuan hidup dan iman kita di dunia ini, sebab Tuhan
sendiri menjamin kita. Ia senantiasa bergerak, menyertai kita sampai akhir
zaman.
Amin.