Za 12:10-11;13:1, Gal 3:26-29, Luk 9:18-24
Oleh Pst.Tedjoworo, OSC
Seandainya kita sungguh-sungguh bisa hidup dan
'melihat' dari dalam sosok yang
berbeda, bagai dalam sebuah 'avatar' hasil imajinasi sutradara James Cameron, mungkin hidup kita berubah
sama sekali. Mungkin dunia pun berubah, seperti
dicipta kembali, jauh lebih damai, jauh lebih ramah bagi manusia. Kisah dalam film layar lebar yang
nampaknya sekedar hasil fantasi itu tidak
juga berhenti menginspirasi kendati sudah beberapa tahun berlalu.
Inspirasi itu mengembalikan kita
pada sebuah kerinduan bahwa kita seharusnya belajar 'melihat' dari sudut pandang orang lain, dari alam semesta, dari
keindahan dan kebaikan di luar
diri kita. Inspirasi itu menegur dengan nyaman bahwa kita tidak bisa terus menerus bersikap egoistis dalam hidup dan
relasi kita.
Kata-kata indah juga kita temukan dalam lagu
tematik film itu, berjudul "I See
You", dinyanyikan oleh Leona Lewis. Lagu ini ternyata bukan berpuncak pada aku yang melihat engkau, tetapi
pada aku yang akhirnya mampu melihat 'diriku'
sendiri dari sudut pandangmu. Dalam lagu itu, seseorang yang mengalami cinta melihat dirinya secara
berbeda, dari sudut pandang orang lain.
Sebuah penemuan diri, bahkan sebuah perubahan, tetapi dialami dengan cara yang menyenangkan: dicintai. Tuhan
memakai banyak cara dan inspirasi yang
unik untuk membantu kita masuk ke dalam hidup, dan kalau perlu, untuk mau diubah agar lebih sesuai dengan
pandangan-Nya.
Murid-murid Yesus pada awalnya tidak menyadari
bahwa pertanyaan Yesus tentang
'siapa Dia' sebenarnya adalah permenungan tentang kesiapan mereka sendiri sebagai murid. Pertanyaan itu
bukan hendak mencari informasi ("kata
orang banyak"), ataupun sebuah ujian menyangkut pengenalan mereka
tentang sang guru ("menurut
kamu"). Bahkan setelah Petrus menjawab dengan tepat bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah pun, ternyata Yesus justru
dengan keras melarang mereka
memberitahukan hal itu kepada siapapun. Mengapa?
Pernyataan Yesus selanjutnya adalah alasannya.
Pernyataan ini menjelaskan 'jalan
hidup'-Nya yang tidak serta merta akan diterima dan dipahami oleh siapapun, yakni jalan salib dan
pengorbanan. Ia akan menanggung banyak penderitaan,
ditolak, dibunuh, dan dibangkitkan. Dan pernyataan ini memang sangat sulit dicerna oleh para murid.
Kita bisa membayangkan bagaimana mereka
punya harapan, pandangan yang sungguh ideal dan indah tentang Yesus. Itu pasti kelihatan di mata mereka. Itu
sebabnya Yesus sengaja bertanya siapa
Dia 'menurut' orang banyak dan 'menurut' mereka sendiri. Yesus perlahan-lahan membimbing mereka untuk
menerima kenyataan bahwa kehadiran-Nya
di tengah mereka, jalan hidup-Nya itu, semata-mata adalah 'menurut' pandangan Allah.
Setiap kali kita sendiri merenungkan jalan hidup
kita, akan bermunculan gambaran
orang-orang di sekitar kita, khususnya mereka yang sangat berarti dalam hidup kita. Mereka ini, keluarga
kita, para sahabat, teman sekerja, umat
di lingkungan gereja, dan siapapun yang ikut mempengaruhi hidup kita, pasti pernah kita ajak bicara dan
berbagi tentang berbagai keputusan hidup selama
ini. Anehnya, kita sering tak dapat menahan diri untuk menasihati mereka ini, apalagi kalau apa yang kita
dengar, 'menurut kita', tidak tepat atau
bahkan tidak baik. Dari dalam diri kita kadang-kadang muncul keinginan begitu kuat untuk mengarahkan orang
lain sesuai dengan "apa yang menurut
kita baik bagi dirinya". Kita terlalu sering merasa lebih tahu apa
yang pantas dan tidak pantas orang
lain putuskan atas hidupnya.
Sebuah siratan 'pelajaran' tentang hidup dari salib
Yesus dapat kita temukan dalam
kitab Zakharia (bacaan I). Lukisan bahwa "mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam"
adalah permenungan tentang bagaimana salib
menjadi saat pertobatan. Dan pertobatan itu berarti menerima kenyataan
bahwa harapan kita memang tidak
sama dengan harapan Allah. Hidup sejati hanya bisa dimengerti dan dialami kalau kita berhenti 'merumuskan' siapa
Yesus menurut kita, dan mulai
membiarkan Tuhan yang 'merumuskan' bagaimana seharusnya hidup kita ini! Kita memandang salib Kristus karena Ia akan
membentuk, mengarahkan, dan
mengoreksi diri kita.
Kalau kita sedikit memahami bahasa lagu itu, kita
perlahan-lahan akan dibantu untuk
menyesuaikan dan mengubah diri sesuai 'apa yang baik' di mata Tuhan, dan bukan sekadar yang baik
menurut kita sendiri. Sebenarnya bukan kita
yang melihat Tuhan, tetapi Tuhan yang melihat kita, atau tepatnya, kita melihat diri kita sendiri secara
berbeda dari sudut pandang Tuhan. Kalau ini
diterapkan pada orang-orang yang kita kasihi, maka itu berarti mau menghormati keputusan apapun yang
mereka ambil dalam hidup mereka. Sebab, tujuan
semua permenungan ini ialah perubahan dalam diri kita sendiri, dan bukan untuk mengubah orang lain agar
sesuai dengan yang baik 'menurut' kita.
Mulai sekarang, pertanyaan Yesus tentang siapa Dia
akan berbunyi lain di hati kita.
Pertanyaan itu akan selalu menantang keputusan hidup kita sendiri di hadapan mereka yang kita pedulikan.
Kita mesti menjawabnya sendiri, siapakah
aku ini, jalan hidup seperti apa yang aku pilih untuk jalani, dan
pengorbanan yang dengan senang hati kulakukan,
bukan menurut orang lain, tapi
"menurut Yesus".
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar