Sabtu, 22 Juni 2013

Jalan Hidupku, Merurut Siapa?

Minggu Biasa XII (C)
Za 12:10-11;13:1, Gal 3:26-29, Luk 9:18-24
Oleh Pst.Tedjoworo, OSC

Seandainya kita sungguh-sungguh bisa hidup dan 'melihat' dari dalam sosok yang berbeda, bagai dalam sebuah 'avatar' hasil imajinasi sutradara James Cameron, mungkin hidup kita berubah sama sekali. Mungkin dunia pun berubah, seperti dicipta kembali, jauh lebih damai, jauh lebih ramah bagi manusia. Kisah dalam film layar lebar yang nampaknya sekedar hasil fantasi itu tidak juga berhenti menginspirasi kendati sudah beberapa tahun berlalu. Inspirasi itu mengembalikan kita pada sebuah kerinduan bahwa kita seharusnya belajar 'melihat' dari sudut pandang orang lain, dari alam semesta, dari keindahan dan kebaikan di luar diri kita. Inspirasi itu menegur dengan nyaman bahwa kita tidak bisa terus menerus bersikap egoistis dalam hidup dan relasi kita.

Kata-kata indah juga kita temukan dalam lagu tematik film itu, berjudul "I See You", dinyanyikan oleh Leona Lewis. Lagu ini ternyata bukan berpuncak pada aku yang melihat engkau, tetapi pada aku yang akhirnya mampu melihat 'diriku' sendiri dari sudut pandangmu. Dalam lagu itu, seseorang yang mengalami cinta melihat dirinya secara berbeda, dari sudut pandang orang lain. Sebuah penemuan diri, bahkan sebuah perubahan, tetapi dialami dengan cara yang menyenangkan: dicintai. Tuhan memakai banyak cara dan inspirasi yang unik untuk membantu kita masuk ke dalam hidup, dan kalau perlu, untuk mau diubah agar lebih sesuai dengan pandangan-Nya.

Murid-murid Yesus pada awalnya tidak menyadari bahwa pertanyaan Yesus tentang 'siapa Dia' sebenarnya adalah permenungan tentang kesiapan mereka sendiri sebagai murid. Pertanyaan itu bukan hendak mencari informasi ("kata orang banyak"), ataupun sebuah ujian menyangkut pengenalan mereka tentang sang guru ("menurut kamu"). Bahkan setelah Petrus menjawab dengan tepat bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah pun, ternyata Yesus justru dengan keras melarang mereka memberitahukan hal itu kepada siapapun. Mengapa?

Pernyataan Yesus selanjutnya adalah alasannya. Pernyataan ini menjelaskan 'jalan hidup'-Nya yang tidak serta merta akan diterima dan dipahami oleh siapapun, yakni jalan salib dan pengorbanan. Ia akan menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh, dan dibangkitkan. Dan pernyataan ini memang sangat sulit dicerna oleh para murid. Kita bisa membayangkan bagaimana mereka punya harapan, pandangan yang sungguh ideal dan indah tentang Yesus. Itu pasti kelihatan di mata mereka. Itu sebabnya Yesus sengaja bertanya siapa Dia 'menurut' orang banyak dan 'menurut' mereka sendiri. Yesus perlahan-lahan membimbing mereka untuk menerima kenyataan bahwa kehadiran-Nya di tengah mereka, jalan hidup-Nya itu, semata-mata adalah 'menurut' pandangan Allah.

Setiap kali kita sendiri merenungkan jalan hidup kita, akan bermunculan gambaran orang-orang di sekitar kita, khususnya mereka yang sangat berarti dalam hidup kita. Mereka ini, keluarga kita, para sahabat, teman sekerja, umat di lingkungan gereja, dan siapapun yang ikut mempengaruhi hidup kita, pasti pernah kita ajak bicara dan berbagi tentang berbagai keputusan hidup selama ini. Anehnya, kita sering tak dapat menahan diri untuk menasihati mereka ini, apalagi kalau apa yang kita dengar, 'menurut kita', tidak tepat atau bahkan tidak baik. Dari dalam diri kita kadang-kadang muncul keinginan begitu kuat untuk mengarahkan orang lain sesuai dengan "apa yang menurut kita baik bagi dirinya". Kita terlalu sering merasa lebih tahu apa yang pantas dan tidak pantas orang lain putuskan atas hidupnya.

Sebuah siratan 'pelajaran' tentang hidup dari salib Yesus dapat kita temukan dalam kitab Zakharia (bacaan I). Lukisan bahwa "mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam" adalah permenungan tentang bagaimana salib menjadi saat pertobatan. Dan pertobatan itu berarti menerima kenyataan bahwa harapan kita memang tidak sama dengan harapan Allah. Hidup sejati hanya bisa dimengerti dan dialami kalau kita berhenti 'merumuskan' siapa Yesus menurut kita, dan mulai membiarkan Tuhan yang 'merumuskan' bagaimana seharusnya hidup kita ini! Kita memandang salib Kristus karena Ia akan membentuk, mengarahkan, dan mengoreksi diri kita.

Kalau kita sedikit memahami bahasa lagu itu, kita perlahan-lahan akan dibantu untuk menyesuaikan dan mengubah diri sesuai 'apa yang baik' di mata Tuhan, dan bukan sekadar yang baik menurut kita sendiri. Sebenarnya bukan kita yang melihat Tuhan, tetapi Tuhan yang melihat kita, atau tepatnya, kita melihat diri kita sendiri secara berbeda dari sudut pandang Tuhan. Kalau ini diterapkan pada orang-orang yang kita kasihi, maka itu berarti mau menghormati keputusan apapun yang mereka ambil dalam hidup mereka. Sebab, tujuan semua permenungan ini ialah perubahan dalam diri kita sendiri, dan bukan untuk mengubah orang lain agar sesuai dengan yang baik 'menurut' kita.

Mulai sekarang, pertanyaan Yesus tentang siapa Dia akan berbunyi lain di hati kita. Pertanyaan itu akan selalu menantang keputusan hidup kita sendiri di hadapan mereka yang kita pedulikan. Kita mesti menjawabnya sendiri, siapakah aku ini, jalan hidup seperti apa yang aku pilih untuk jalani, dan
pengorbanan yang dengan senang hati kulakukan, bukan menurut orang lain, tapi "menurut Yesus".

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar