Sabtu, 24 Agustus 2013

Menjadi Saksi Yang Dikenali Tuhan



Minggu Biasa XXI (C)
Yes 66:18-21, Ibr 12:5-7.11-13, Luk 13:22-30
oleh : Pst. H. Tedjoworo,OSC
 
Ada kebiasaan memasang foto, kesaksian, dan tanda tangan orang-orang terkenal di dinding restoran. Tujuannya jelas, untuk meyakinkan pengunjung bahwa makanan di situ sungguh-sungguh enak. Padahal, antara 'enak' dan pernah dikunjungi orang terkenal itu dua hal yang tidak berhubungan, apalagi kalau menyangkut selera tiap orang. Alhasil beberapa restoran yang memasang kesaksian orang terkenal itu tetap sepi pengunjung dan tidak laku. Yang mengherankan, ada sebuah warung lotek yang harus memakai sistem nomor antri untuk melayani para pembeli setia yang rela menunggu sampai satu jam demi menikmati makanan tradisional itu. Warung lotek ini tidak butuh artis atau orang terkenal sekedar supaya 'pernah' makan di situ.

Evangelisasi yang kita lakukan sebagai murid Kristus mungkin bisa dibandingkan dengan 'menjual makanan'. Kita tahu bahwa tujuannya tidak bisa sekedar mewartakan sebanyak mungkin nilai-nilai Injil demi mengumpulkan sebanyak mungkin umat bagi Tuhan. Kita tidak mau 'menjual murah' ajaran Kristus karena akibatnya adalah orang mau percaya tetapi tidak sampai pada relasi yang mendalam dengan-Nya. Dalam hal iman diperlukan proses dan pengalaman yang personal. Tidak cukup hanya mengucapkan syahadat dan dibaptis. Kita sadar bahwa keselamatan yang kita dambakan menuntut kesungguhan kita.

Banyak bagian Injil yang mengejutkan hati kita. Pertanyaan seseorang kepada Yesus dalam Injil hari ini pun memicu jawaban mengejutkan dari Yesus. Karena belajar dari perkataan Yesus bahwa ada banyak syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, orang itu bertanya dengan khawatir apakah benar hanya sedikit orang yang diselamatkan. Dan jawaban Yesus benar-benar menunjukkan betapa tidak gampang keselamatan itu: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!" Dan lagi, "Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat." Mengkhawatirkan, bukan? Kita pikir, asalkan percaya, kita pasti diselamatkan, tapi ternyata Yesus membuatnya jadi sulit.

Benarkah Yesus mempersulit keselamatan? Nanti dulu, sebab jawaban atas kekhawatiran kita itu dijelaskan dengan perumpamaan sesudahnya. Jika tuan rumah sudah menutup pintu, kita akan minta diizinkan untuk masuk. Namun, ternyata tuan itu merasa tidak kenal dengan kita. Lalu kita mencoba lagi untuk merayunya dengan mengingatkan bahwa kita 'pernah' duduk makan bersamanya dan mendengarkan dia, tapi kita malah diusir dan disebut sebagai pelaku kejahatan. Mari perhatikan bahwa tuan rumah itu mengharapkan sesuatu yang 'lebih' dalam hal relasi. Ia tidak mengenal kita, karena kita memang tidak pernah dekat dengannya. Pernah duduk makan bersama tidak serta merta berarti punya relasi yang dekat dan setia dengannya.

Di sekitar kita ada orang yang suka mengaku kenal dengan kita, bahkan kadangkala sampai berusaha meyakinkan kita bahwa dia dulu pernah dekat, pernah bersekolah di tempat yang sama, atau pernah bertemu kita di suatu kota. Apa reaksi kita? Biasanya kita cenderung curiga, orang ini punya mau apa sehingga begitu semangat mengaku kenal dengan kita, padahal kita tidak ingat sama sekali siapa dia. Di zaman kita ini bahkan seseorang yang sudah lama kenal dan berteman baik dengan kita pun bukan jaminan bahwa dia akan mendukung dan berbicara yang baik di belakang punggung kita. Sebagian besar pelaku kejahatan ialah orang-orang yang oleh korbannya dikira sudah dikenal. Dalam kenyataan, kita baru akan sungguh mengenal seseorang ketika ia rela berkorban demi kebaikan dan keselamatan kita.

Dalam Kitab Yesaya (bacaan I), digambarkan bagaimana Tuhan hendak mengutus banyak orang yang diselamatkan untuk menjadi saksi-Nya kepada bangsa-bangsa. Tetapi, Tuhan ternyata tidak sembarangan menugaskan orang. Ia 'memilih' dan hanya mengambil orang-orang yang memang bisa dipercaya dalam kesaksiannya. Tuhan bersabda, "Aku mengenal segala perbuatan dan rancangan mereka." Ia sudah mengenali mereka dan harus menguji bahwa dalam perbuatan dan rancangan mereka, hanya rencana Tuhan yang terlaksana. Kesaksian yang sejati itu mengandaikan pengorbanan dan perjuangan.

Bagaimana supaya kita dikenali Tuhan dan diizinkan masuk? Hanya satu cara, yakni menjaga hubungan dan kedekatan kita dengan-Nya terus menerus. Jangan bangga hanya karena 'pernah' duduk makan bersama-Nya. Jangan menggampangkan keselamatan hanya karena merasa sudah rajin membaca sabda-Nya atau pergi ke gereja. Apakah kita sering bicara dengan Tuhan dalam doa pribadi? Apakah kita sungguh berkorban untuk mereka yang kita layani? Apakah kita setia menjumpai Tuhan di dalam mereka yang sakit dan susah?

Di balik ajaran dan perumpaan Yesus yang kedengaran sulit dan mengkhawatirkan ini, kita menemukan tantangan untuk menjadi saksi-Nya, tetapi saksi yang akan dikenali-Nya. Iman dan baptisan kita bukan sesuatu yang murahan. Yesus tidak perlu foto dan tanda tangan orang terkenal di gereja-Nya. Ia lebih berkenan pada kesetiaan kita melalui keterlibatan yang sungguh-sungguh dalam tiap rencana-Nya. Semoga ia mengenali kita pada saat kita bersaksi bagi-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar