Minggu
Biasa XXI (C)
Yes
66:18-21, Ibr 12:5-7.11-13, Luk 13:22-30
oleh : Pst. H. Tedjoworo,OSC
Ada
kebiasaan memasang foto, kesaksian, dan tanda tangan orang-orang terkenal di
dinding restoran. Tujuannya jelas, untuk meyakinkan pengunjung bahwa makanan di
situ sungguh-sungguh enak. Padahal, antara 'enak' dan pernah dikunjungi orang
terkenal itu dua hal yang tidak berhubungan, apalagi kalau menyangkut selera
tiap orang. Alhasil beberapa restoran yang memasang kesaksian orang terkenal
itu tetap sepi pengunjung dan tidak laku. Yang mengherankan, ada sebuah warung
lotek yang harus memakai sistem nomor antri untuk melayani para pembeli setia
yang rela menunggu sampai satu jam demi menikmati makanan tradisional itu.
Warung lotek ini tidak butuh artis atau orang terkenal sekedar supaya 'pernah'
makan di situ.
Evangelisasi
yang kita lakukan sebagai murid Kristus mungkin bisa dibandingkan dengan
'menjual makanan'. Kita tahu bahwa tujuannya tidak bisa sekedar mewartakan
sebanyak mungkin nilai-nilai Injil demi mengumpulkan sebanyak mungkin umat bagi
Tuhan. Kita tidak mau 'menjual murah' ajaran Kristus karena akibatnya adalah
orang mau percaya tetapi tidak sampai pada relasi yang mendalam dengan-Nya.
Dalam hal iman diperlukan proses dan pengalaman yang personal. Tidak cukup
hanya mengucapkan syahadat dan dibaptis. Kita sadar bahwa keselamatan yang kita
dambakan menuntut kesungguhan kita.
Banyak
bagian Injil yang mengejutkan hati kita. Pertanyaan seseorang kepada Yesus
dalam Injil hari ini pun memicu jawaban mengejutkan dari Yesus. Karena belajar
dari perkataan Yesus bahwa ada banyak syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan
Surga, orang itu bertanya dengan khawatir apakah benar hanya sedikit orang yang
diselamatkan. Dan jawaban Yesus benar-benar menunjukkan betapa tidak gampang
keselamatan itu: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak
itu!" Dan lagi, "Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak
akan dapat." Mengkhawatirkan, bukan? Kita pikir, asalkan percaya, kita pasti
diselamatkan, tapi ternyata Yesus membuatnya jadi sulit.
Benarkah
Yesus mempersulit keselamatan? Nanti dulu, sebab jawaban atas kekhawatiran kita
itu dijelaskan dengan perumpamaan sesudahnya. Jika tuan rumah sudah menutup
pintu, kita akan minta diizinkan untuk masuk. Namun, ternyata tuan itu merasa
tidak kenal dengan kita. Lalu kita mencoba lagi untuk merayunya dengan
mengingatkan bahwa kita 'pernah' duduk makan bersamanya dan mendengarkan dia,
tapi kita malah diusir dan disebut sebagai pelaku kejahatan. Mari perhatikan
bahwa tuan rumah itu mengharapkan sesuatu yang 'lebih' dalam hal relasi. Ia
tidak mengenal kita, karena kita memang tidak pernah dekat dengannya. Pernah
duduk makan bersama tidak serta merta berarti punya relasi yang dekat dan setia
dengannya.
Di
sekitar kita ada orang yang suka mengaku kenal dengan kita, bahkan kadangkala
sampai berusaha meyakinkan kita bahwa dia dulu pernah dekat, pernah bersekolah
di tempat yang sama, atau pernah bertemu kita di suatu kota. Apa reaksi kita?
Biasanya kita cenderung curiga, orang ini punya mau apa sehingga begitu
semangat mengaku kenal dengan kita, padahal kita tidak ingat sama sekali siapa
dia. Di zaman kita ini bahkan seseorang yang sudah lama kenal dan berteman baik
dengan kita pun bukan jaminan bahwa dia akan mendukung dan berbicara yang baik
di belakang punggung kita. Sebagian besar pelaku kejahatan ialah orang-orang
yang oleh korbannya dikira sudah dikenal. Dalam kenyataan, kita baru akan
sungguh mengenal seseorang ketika ia rela berkorban demi kebaikan dan
keselamatan kita.
Dalam
Kitab Yesaya (bacaan I), digambarkan bagaimana Tuhan hendak mengutus banyak
orang yang diselamatkan untuk menjadi saksi-Nya kepada bangsa-bangsa. Tetapi,
Tuhan ternyata tidak sembarangan menugaskan orang. Ia 'memilih' dan hanya
mengambil orang-orang yang memang bisa dipercaya dalam kesaksiannya. Tuhan
bersabda, "Aku mengenal segala perbuatan dan rancangan mereka." Ia sudah
mengenali mereka dan harus menguji bahwa dalam perbuatan dan rancangan mereka,
hanya rencana Tuhan yang terlaksana. Kesaksian yang sejati itu mengandaikan
pengorbanan dan perjuangan.
Bagaimana
supaya kita dikenali Tuhan dan diizinkan masuk? Hanya satu cara, yakni menjaga
hubungan dan kedekatan kita dengan-Nya terus menerus. Jangan bangga hanya
karena 'pernah' duduk makan bersama-Nya. Jangan menggampangkan keselamatan
hanya karena merasa sudah rajin membaca sabda-Nya atau pergi ke gereja. Apakah
kita sering bicara dengan Tuhan dalam doa pribadi? Apakah kita sungguh
berkorban untuk mereka yang kita layani? Apakah kita setia menjumpai Tuhan di
dalam mereka yang sakit dan susah?
Di
balik ajaran dan perumpaan Yesus yang kedengaran sulit dan mengkhawatirkan ini,
kita menemukan tantangan untuk menjadi saksi-Nya, tetapi saksi yang akan
dikenali-Nya. Iman dan baptisan kita bukan sesuatu yang murahan. Yesus tidak
perlu foto dan tanda tangan orang terkenal di gereja-Nya. Ia lebih berkenan
pada kesetiaan kita melalui keterlibatan yang sungguh-sungguh dalam tiap
rencana-Nya. Semoga ia mengenali kita pada saat kita bersaksi bagi-Nya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar