Minggu Biasa XXIV (C)
Kel 32:7-11.13-14, 1Tim 1:12-17, Luk 15:1-10
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC
Siapa yang tak pernah mendengar tentang Santo
Antonius dari Padua? Ia dikenal
melalui doa untuk menemukan kembali barang-barang hilang. Ia dikenal sebagai 'Pelindung Barang Hilang',
namun banyak yang belum tahu kisah di balik
sebutan itu. Antonius adalah seorang imam Fransiskan dan pengajar yang pandai, sangat paham tentang Kitab Suci
luar dalam. Ia punya sebuah buku Mazmur
yang dianggapnya sangat berharga, bukan hanya karena waktu itu belum ada percetakan, tapi karena catatan
kuliah dan khotbah di buku itu. Suatu hari
seorang novis pergi dari biara dan mencuri buku Mazmurnya. Antonius sangat gelisah, dan berdoa supaya novis
itu kembali beserta buku Mazmurnya. Novis
itu lari ke hutan tetapi konon bertemu dengan Iblis yang mengancamnya mengembalikan buku Antonius. Akhirnya,
novis itu kembali ke biara beserta buku
Mazmur yang dicurinya.
Kita tidak bisa membayangkan apa saja yang kita
temukan di kantor barang hilang.
Berbagai macam barang bisa tertumpuk di sana bertahun-tahun tanpa ada yang mengakui. Bukan karena tidak
berharga, melainkan karena tidak ada yang
mencarinya. Orang kehilangan barang, namun banyak yang memilih untuk membeli saja yang baru. Mungkin itu
gambaran hidup bersama kita dalam iman. Banyak yang hilang dari diri kita atau dari
kebersamaan kita, tapi tidak seorangpun
mau mencari dan mendapatkan kembali yang hilang itu.
Bagian Injil Lukas yang kita dengar hari ini
kadang-kadang disebut sebagai 'inti'
dari seluruh Injil. Beberapa perumpamaan yang disampaikan Yesus dalam bab ini mencoba meyakinkan sesuatu yang
luar biasa dan hanya ada pada diri Allah.
Sementara itu, kita mudah terpaku pada satu ekor domba yang tersesat atau satu dirham yang hilang.
Seakan-akan kita dan para pendengar Yesus
waktu itu sekedar diminta untuk bertobat dan kembali ke jalan yang
benar. Kalau itu masalahnya,
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak akan "bersungut-sungut" karena mereka pun mengajarkan
supaya orang bertobat.
Jadi sebetulnya apa yang membuat mereka
"bersungut-sungut" melihat Yesus
makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa? Sebabnya ialah, mereka
yang adalah 'gembala' ternyata
tidak berbuat apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka cenderung memusuhi dan mengusir orang berdosa demi
reputasi diri sendiri. Mereka
tidak mau mencari dan menyelamatkan yang tersesat, dan persis hal itulah yang dilakukan Yesus! Itu sebabnya perumpamaan
Yesus itu bukanlah mengenai mereka
yang berdosa dan hilang, tapi mereka yang tidak mau mencari dan membawa kembali saudaranya yang hilang! Itulah
Injil, kabar baik itu, bahwa Allah
tidak akan pernah menyerah terhadap mereka yang lari dan tersesat.
Kehilangan barang adalah sesuatu yang sudah biasa terjadi,
tetapi kehilangan sesuatu yang
sangat berharga mungkin jarang dianggap serius. Banyak orang kehilangan iman, harapan, kepercayaan
diri, semangat, dan cinta. Begitu banyak
yang hilang, sekaligus begitu sedikit waktu disediakan untuk mendapatkannya kembali. Banyak kisah
sedih kepergian orang-orang yang disayangi
telah membuat orang tidak mau berdoa atau ke gereja lagi. Belum lagi mereka yang tidak mau mendengarkan
nasihat atau sekedar menerima telepon
dari yang lain karena kecewa dan sakit hati. Namun, yang lebih menyedihkan ialah tidak ada yang
mencari mereka! Kita merasa hidup kita sendiri
sudah susah sehingga tidak punya waktu untuk masalah orang lain.
Apa yang dilakukan bangsa Israel di hadapan Tuhan
memang sudah keterlaluan. Dalam
Kitab Keluaran (bacaan I), Tuhan sendiri mengatakan betapa "tegar tengkuk" bangsa ini padahal sudah
menyaksikan tindakan-Nya menyelamatkan mereka
dari Mesir. Meski sudah akan menurunkan malapetaka atas mereka, Tuhan ternyata tetap mempunyai belas kasihan.
Tuhan mengampuni Israel bukan karena permohonan
Musa, tetapi karena Ia sendiri Mahapengampun. Setiap kali bangsa ini menjauh daripada-Nya, Tuhan akan
memanggilnya kembali untuk bertobat melalui
para utusan-Nya. Ia tidak pernah menyerah di hadapan sikap tegar tengkuk manusia yang dikasihi-Nya.
Sekali menyatakan diri sebagai pengikut Kristus,
kita segera mendapat tugas untuk
menolong semua orang mendapatkan kembali apa yang hilang dalam hidup mereka. Bukankah itu memang tanggung
jawab kita? Seharusnya kita tidak perlu bersungut-sungut,
tetapi segera mencari apa 'yang hilang' dari hidup bersama kita, tetapi juga mereka yang 'lari'
dan menghindari komunikasi dengan kita. Kalau
berbicara soal dosa, kita sendiri tanpa kecuali melakukannya, dan memang kita dipanggil untuk betobat.
Namun, Yesus menghendaki sesuatu yang lebih
daripada itu. Ia meminta kita untuk pergi mencari yang hilang.
Dan percayalah, banyak 'domba yang tersesat' maupun
'dirham yang hilang' di sekitar
kita. Soalnya ialah, tidak ada yang mencari mereka lagi, seperti barang-barang yang tertumpuk di kantor
barang hilang. Kita tidak bisa membayangkan
betapa banyak orang yang tersesat dan sangat mengharapkan untuk ditemukan kembali oleh saudaranya
sendiri. Semoga kita mulai menyalakan 'pelita'
dan mau mencari mereka. Carilah mereka dengan penuh kasih.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar