Sabtu, 14 September 2013

Ketika Tak Ada Yang Mencari Lagi



Minggu Biasa XXIV (C)
Kel 32:7-11.13-14, 1Tim 1:12-17, Luk 15:1-10
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC

Siapa yang tak pernah mendengar tentang Santo Antonius dari Padua? Ia dikenal melalui doa untuk menemukan kembali barang-barang hilang. Ia dikenal sebagai 'Pelindung Barang Hilang', namun banyak yang belum tahu kisah di balik sebutan itu. Antonius adalah seorang imam Fransiskan dan pengajar yang pandai, sangat paham tentang Kitab Suci luar dalam. Ia punya sebuah buku Mazmur yang dianggapnya sangat berharga, bukan hanya karena waktu itu belum ada percetakan, tapi karena catatan kuliah dan khotbah di buku itu. Suatu hari seorang novis pergi dari biara dan mencuri buku Mazmurnya. Antonius sangat gelisah, dan berdoa supaya novis itu kembali beserta buku Mazmurnya. Novis itu lari ke hutan tetapi konon bertemu dengan Iblis yang mengancamnya mengembalikan buku Antonius. Akhirnya, novis itu kembali ke biara beserta buku Mazmur yang dicurinya.

Kita tidak bisa membayangkan apa saja yang kita temukan di kantor barang hilang. Berbagai macam barang bisa tertumpuk di sana bertahun-tahun tanpa ada yang mengakui. Bukan karena tidak berharga, melainkan karena tidak ada yang mencarinya. Orang kehilangan barang, namun banyak yang memilih untuk membeli saja yang baru. Mungkin itu gambaran hidup bersama kita dalam iman. Banyak yang hilang dari diri kita atau dari kebersamaan kita, tapi tidak seorangpun mau mencari dan mendapatkan kembali yang hilang itu.

Bagian Injil Lukas yang kita dengar hari ini kadang-kadang disebut sebagai 'inti' dari seluruh Injil. Beberapa perumpamaan yang disampaikan Yesus dalam bab ini mencoba meyakinkan sesuatu yang luar biasa dan hanya ada pada diri Allah. Sementara itu, kita mudah terpaku pada satu ekor domba yang tersesat atau satu dirham yang hilang. Seakan-akan kita dan para pendengar Yesus waktu itu sekedar diminta untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Kalau itu masalahnya, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak akan "bersungut-sungut" karena mereka pun mengajarkan supaya orang bertobat.

Jadi sebetulnya apa yang membuat mereka "bersungut-sungut" melihat Yesus makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa? Sebabnya ialah, mereka yang adalah 'gembala' ternyata tidak berbuat apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka cenderung memusuhi dan mengusir orang berdosa demi reputasi diri sendiri. Mereka tidak mau mencari dan menyelamatkan yang tersesat, dan persis hal itulah yang dilakukan Yesus! Itu sebabnya perumpamaan Yesus itu bukanlah mengenai mereka yang berdosa dan hilang, tapi mereka yang tidak mau mencari dan membawa kembali saudaranya yang hilang! Itulah Injil, kabar baik itu, bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadap mereka yang lari dan tersesat.

Kehilangan barang adalah sesuatu yang sudah biasa terjadi, tetapi kehilangan sesuatu yang sangat berharga mungkin jarang dianggap serius. Banyak orang kehilangan iman, harapan, kepercayaan diri, semangat, dan cinta. Begitu banyak yang hilang, sekaligus begitu sedikit waktu disediakan untuk mendapatkannya kembali. Banyak kisah sedih kepergian orang-orang yang disayangi telah membuat orang tidak mau berdoa atau ke gereja lagi. Belum lagi mereka yang tidak mau mendengarkan nasihat atau sekedar menerima telepon dari yang lain karena kecewa dan sakit hati. Namun, yang lebih menyedihkan ialah tidak ada yang mencari mereka! Kita merasa hidup kita sendiri sudah susah sehingga tidak punya waktu untuk masalah orang lain.

Apa yang dilakukan bangsa Israel di hadapan Tuhan memang sudah keterlaluan. Dalam Kitab Keluaran (bacaan I), Tuhan sendiri mengatakan betapa "tegar tengkuk" bangsa ini padahal sudah menyaksikan tindakan-Nya menyelamatkan mereka dari Mesir. Meski sudah akan menurunkan malapetaka atas mereka, Tuhan ternyata tetap mempunyai belas kasihan. Tuhan mengampuni Israel bukan karena permohonan Musa, tetapi karena Ia sendiri Mahapengampun. Setiap kali bangsa ini menjauh daripada-Nya, Tuhan akan memanggilnya kembali untuk bertobat melalui para utusan-Nya. Ia tidak pernah menyerah di hadapan sikap tegar tengkuk manusia yang dikasihi-Nya.

Sekali menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, kita segera mendapat tugas untuk menolong semua orang mendapatkan kembali apa yang hilang dalam hidup mereka. Bukankah itu memang tanggung jawab kita? Seharusnya kita tidak perlu bersungut-sungut, tetapi segera mencari apa 'yang hilang' dari hidup bersama kita, tetapi juga mereka yang 'lari' dan menghindari komunikasi dengan kita. Kalau berbicara soal dosa, kita sendiri tanpa kecuali melakukannya, dan memang kita dipanggil untuk betobat. Namun, Yesus menghendaki sesuatu yang lebih daripada itu. Ia meminta kita untuk pergi mencari yang hilang.

Dan percayalah, banyak 'domba yang tersesat' maupun 'dirham yang hilang' di sekitar kita. Soalnya ialah, tidak ada yang mencari mereka lagi, seperti barang-barang yang tertumpuk di kantor barang hilang. Kita tidak bisa membayangkan betapa banyak orang yang tersesat dan sangat mengharapkan untuk ditemukan kembali oleh saudaranya sendiri. Semoga kita mulai menyalakan 'pelita' dan mau mencari mereka. Carilah mereka dengan penuh kasih.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar