Sabtu, 04 Januari 2014

Iman Dan Perjumpaan Yang Mengubah

HR Penampakan Tuhan (A)
Yes 60:1-6, Ef 3:2-3a.5-6, Mat 2:1-12
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC

Tidak semua petunjuk jalan jelas. Beberapa menimbulkan penafsiran berbeda-beda dan malah membingungkan pengguna jalan. Karenanya, banyak persimpangan jalan di negara kita ini membutuhkan prinsip "tahu sama tahu", artinya, bisa dilewati dengan aman berdasarkan kebiasaan saja. Konon supaya tidak tersesat para sopir kendaraan antarkota lebih mengandalkan 'perasaan' untuk berbelok di jalan-jalan tertentu daripada membaca petunjuk jalan. Ketika memakai perasaan, mereka justru bisa menemukan jalan pintas dan sampai ke tujuan sebelum waktunya. Percaya atau tidak, perasaan itu juga yang seringkali menyelamatkan mereka dari hambatan dan kecelakaan di jalan.

Pengalaman serupa ditemukan kalau kita bertanya kepada seseorang di pinggir jalan tentang arah ke tempat yang kita tuju. Meskipun orang pasti berusaha memberitahukan arah yang harus kita ambil, namun kita tidak pernah tahu apakah orang itu sungguh-sungguh mengerti jalan dan bermaksud baik. Masih dibutuhkan kepekaan kita sendiri, ketika mulai berjalan, untuk menafsirkan apa maksud petunjuk yang disampaikannya kepada kita. Ada kalanya kita harus mengakui bahwa petunjuk yang kita dengar tidak selalu benar, bahwa di dunia ini masih ada maksud buruk yang dapat menyesatkan dan mencelakakan kita.

Tiga orang majus dari Timur yang kita dengar dalam Injil Matius adalah orang-orang yang dalam tradisi dikatakan berasal dari Babilonia, Persia, dan Arab. Mereka mempelajari astrologi dengan kemampuan khusus yang mereka miliki. Kemampuan itu akhirnya membawa mereka pada petunjuk akan kedatangan seorang Mesias, "raja orang Yahudi" yang baru dilahirkan. Namun, dengan ilmu dan kepandaian itu ternyata mereka masih bisa meleset 14 kilometer dari perhitungan. Mereka sampai di Yerusalem dan bukannya Betlehem. Yang lebih berbahaya lagi, mereka justru bertanya kepada orang yang salah, yaitu Herodes, yang merasa dirinya adalah raja orang Yahudi.

Mereka mulai menyadari bahwa mereka bertemu dengan orang yang salah. Tiga orang majus itu pandai membaca bintang-bintang, tetapi bagaimana mereka akan mampu membaca tanda-tanda menyesatkan dalam diri manusia lain? Hal seperti ini tidak bisa diselidiki dengan ilmu, tetapi hanya dengan iman. Dan iman itu mereka temukan ketika bertolak dari Yerusalem. Di Yerusalem mereka hanya mengalami kepalsuan Herodes dan situasi yang mencekam karena maksud jahatnya. Namun, ketika keluar dari sana dan "melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka." Bahasa yang dipakai Matius menyangatkan sukacita yang sudah sangat luar biasa. Kata 'chairo' berarti bersukacita dengan berlebihan. Iman hanya akan membawa sukacita. Kontras ini kita lihat di antara perjalanan ke Yerusalem bertemu dengan Herodes dan ke Betlehem berjumpa dengan bayi Yesus.

Di dunia kita, ketersesatan, salah jalan, salah menafsirkan petunjuk, maksud buruk dan bahkan maksud jahat orang lain, adalah kenyataan. Tidak semua yang kita cari akan didapat sesuai dengan harapan. Selalu ada batu sandungan yang tidak kita lihat atau kejadian yang di luar dugaan. Ketika itu dimunculkan atau dilakukan oleh orang-orang yang kita kenal, kita merasa tidak siap menghadapinya. Akibatnya, kita sering tenggelam dalam kemarahan dan pembalasan. Kalau ada yang mengkhianati kita, kita pun 'boleh' mengkhianati dia. Kalau pernah difitnah, kita pun merasa berhak untuk memfitnah. Maksud buruk dibalas dengan maksud buruk. Itukah sebabnya kita sering tersesat?

Kitab Yesaya (Bacaan I) yang kita dengar hari ini mengingatkan bahwa kita dipanggil untuk bangkit dan menjadi terang. Meski "sesungguhnya kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu." Yesaya mengajak supaya kita tidak mengikuti kegelapan yang memang adalah kenyataan di bumi ini. Kita harus mengangkat muka dan melihat sekeliling, bahwa di tengah kekelaman itu masih ada orang-orang yang punya iman dan berjuang bersama kita. Kita hanya akan melihat orang-orang itu kalau mengangkat muka kita dari hal-hal dan kejadian yang selama ini menggelapkan batin.

Hari Raya Penampakan Tuhan kita Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa ini menempatkan pentingnya setiap perjumpaan kita dalam iman. Terang Yesus membimbing tiga orang majus itu dengan iman mereka, sehingga mereka tidak terperangkap dalam kebencian dan maksud jahat Herodes. Mereka memang sempat salah memasuki kota, bahkan bertanya pada orang yang salah. Dari situ mereka belajar untuk tidak mengandalkan kepandaian belaka, melainkan iman di hati untuk sampai pada sukacita. Namun yang terpenting, karena berjumpa Yesus, mereka mengalami perubahan luar biasa dalam hidupnya dan sejak saat itu berani "melalui jalan lain".

Yesus berkali-kali menampakkan diri kepada kita di tengah jalan, apalagi pada saat kita salah jalan, salah menafsirkan petunjuk, atau tersesat karena pengaruh orang lain. Semoga kita berani mengambil 'jalan yang lain' karena iman kita. Hidup kita ini bukan sebuah 'kebiasaan lama' yang membuat kita tenggelam di lingkaran kekerasan. Perjumpaan dengan Yesus mestinya membuat kita berani mengikuti tuntunan iman yang hanya akan membawa sukacita.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar