Sabtu, 01 Februari 2014

Mengakui Penghubung Kita Dengan Allah


Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah (A)
Mal 3:1-4, Ibr 2:14-18, Luk 2:22-40

Tidak banyak orang yang masih ingat dan mampu mengenali guru TK atau SD mereka bila berjumpa lagi setelah mereka dewasa. Dibutuhkan bukan sekedar ingatan akan penampilan, tetapi 'kesadaran' akan kehadiran para guru masa lalu itu. Mungkin sebelum memakai peribahasa "tak kenal, maka tak sayang" kita memerlukan ungkapan "tak sadar, maka tak kenal". Kita seringkali tidak mengenali orang-orang yang sudah sangat berjasa dalam hidup kita hanya karena kita tidak menyadari kehadiran mereka. Harus ada pengakuan yang rendah hati bahwa hidup kita ini bukanlah 'hasil usaha kita sendiri' untuk menerima dan mengakui peran orang-orang tertentu itu dalam diri kita.

Film berjudul "Babel" (2006) melukiskan empat kisah di belahan dunia berbeda yang nampaknya acak namun saling menentukan sebuah tragedi. Keempat kejadian di Maroko, Jepang, Meksiko, dan Amerika itu membentuk sebuah kisah yang sangat kuat menunjukkan betapa terhubungnya hidup dan mati seluruh umat manusia di dunia. Film ini mengingatkan bahwa manusia itu terlalu cepat  menganggap kejadian-kejadian dalam hidupnya adalah urusannya sendiri, padahal di sana ada 'Sang Perancang Ilahi' yang mengaitkan semua itu. Mungkin kita perlu belajar mengaitkan jalan hidup dan keputusan-keputusan kita dengan orang-orang di masa lalu dan di masa kini yang membawa kita pada keselamatan. Apakah kita masih mengenal mereka?

Injil Lukas yang kita dengar hari ini membawa pada simpul berbagai peristiwa dalam sebuah kejadian di Bait Allah. Kedatangan Maria dan Yusuf untuk mempersembahkan Yesus kepada Allah di tempat itu menjadi titik temu yang memukau. Rencana Allah dan hidup manusia dipertemukan. Kita melihat bahwa harapan, kepercayaan, dan kesetiaan semua orang terpusat dalam diri Yesus, bayi Penyelamat itu. Simeon melihat kejatuhan dan 'kebangkitan' banyak orang dalam diri Yesus, dan menubuatkan bagaimana jalan hidup manusia akan diubah sama sekali oleh-Nya. Nabi Hana yang berumur 84 tahun itu baru mengenali Sang Penyelamat setelah sekian lama berpuasa dan berdoa.

Lukas tiga kali menyebutkan peran Roh Kudus dalam peristiwa ini. Penyebutan itu bukan sebuah kebetulan. Yesus kelak juga akan memulai karya-Nya dalam kuasa Roh Kudus, dan setelah bangkit dari kematian menghembuskan Roh Kudus kepada para murid-Nya. Ketika dipersembahkan di kenisah sebagai bayi, Yesus berada dalam solidaritas dengan seluruh umat manusia yang harus dimurnikan. Ia sendiri tidak memerlukan pemurnian, tapi melalui peristiwa ini Ia menghubungkan ritual dan hidup manusia dengan rencana Allah dalam Roh Kudus. Semua kejadian di dunia ini berada dalam rencana ilahi.

Salah satu hal yang pantas dikritik dalam hidup kita sehari-hari ialah kecenderungan 'mengecualikan' orang lain, baik yang pernah kita kenal maupun yang akan mempengaruhi jalan hidup kita. Kemandirian sering dijadikan dalih untuk bersikap egoistis. Kita kadang-kadang semena-mena menganggap orang lain 'tidak penting' bagi kita. Kita ingin 'menghapus' peran orang-orang yang kita benci. Kita tak mau kenal apalagi mendengarkan mereka yang kita anggap pengganggu keluarga kita, relasi dan kelompok kita. Kita berusaha menjauhkan semua orang dari keberhasilan kita karena merasa bahwa ini adalah pencapaian kita pribadi. Kita tidak mau berpikir bahwa mereka yang kita
kecualikan itu seringkali justru yang sekian lama mendoakan dan menghubungkan kita dengan rencana Tuhan! Mereka adalah 'Simeon' dan 'Hana'.

"Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!", demikianlah perkataan Maleakhi (Bacaan I). Tuhan selalu datang tiba-tiba, maka Ia menyuruh utusan-Nya supaya mempersiapkan jalan di hadapan-Nya. Lukisan tentang rencana Tuhan dalam Kitab Maleakhi ini menyentak kesadaran kita. Menurutnya manusia takkan siap dengan kedatangan Tuhan, karena kesombongan dan egoisme. Namun, Tuhan berkenan memurnikan hati mereka melalui para utusan-Nya, "seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu". Para utusan Tuhan ini mungkin tak selalu menyenangkan hati kita, tapi mereka sungguh hanya mau menunjukkan keselamatan.

Yesus adalah satu-satunya Pengantara kita pada Allah. Kendatipun demikian, kita mesti mampu mengenali dan mengakui orang-orang yang dipakai-Nya untuk mengarahkan jalan hidup kita masing-masing. Sebagian dari mereka ada di dalam masa lalu kita, dan sebagian lagi mungkin belum atau baru kita kenal di masa kini. Bahwa Allah memilih mereka menjadi penghubung kita dengan-Nya tidak tergantung pada perasaan suka atau tidak suka kita, dan juga apakah  kita membutuhkan kehadiran mereka atau tidak. Mereka hidup dan ada di sana. Allah memakai mereka untuk menjalankan rencana-Nya atas diri kita.

Di hari Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah ini kita dikembalikan pada kerendahhatian untuk mempersembahkan seluruh hidup kita bersama Yesus dan para utusan-Nya. Tak ada orang yang 'tidak penting' di jalan hidup kita selama ini. Tak ada satu pun keberhasilan yang semata-mata adalah usaha kita sendiri. Tak ada peristiwa apapun yang bisa kita lepaskan dari orang-orang yang telah menghubungkan kita dengan Allah. Sebaiknya kita menerima rencana-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar