Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah (A)
Mal 3:1-4, Ibr 2:14-18, Luk 2:22-40
Tidak banyak orang yang masih ingat dan mampu
mengenali guru TK atau SD mereka
bila berjumpa lagi setelah mereka dewasa. Dibutuhkan bukan sekedar ingatan akan penampilan, tetapi
'kesadaran' akan kehadiran para guru masa
lalu itu. Mungkin sebelum memakai peribahasa "tak kenal, maka tak
sayang" kita memerlukan
ungkapan "tak sadar, maka tak kenal". Kita seringkali tidak mengenali orang-orang yang sudah sangat
berjasa dalam hidup kita hanya karena
kita tidak menyadari kehadiran mereka. Harus ada pengakuan yang rendah hati bahwa hidup kita ini
bukanlah 'hasil usaha kita sendiri' untuk
menerima dan mengakui peran orang-orang tertentu itu dalam diri kita.
Film berjudul "Babel" (2006) melukiskan
empat kisah di belahan dunia berbeda yang
nampaknya acak namun saling menentukan sebuah tragedi. Keempat kejadian di Maroko, Jepang, Meksiko, dan Amerika
itu membentuk sebuah kisah yang sangat
kuat menunjukkan betapa terhubungnya hidup dan mati seluruh umat manusia di dunia. Film ini mengingatkan
bahwa manusia itu terlalu cepat menganggap kejadian-kejadian dalam
hidupnya adalah urusannya sendiri, padahal
di sana ada 'Sang Perancang Ilahi' yang mengaitkan semua itu. Mungkin kita perlu belajar mengaitkan
jalan hidup dan keputusan-keputusan kita
dengan orang-orang di masa lalu dan di masa kini yang membawa kita pada keselamatan. Apakah kita masih mengenal
mereka?
Injil Lukas yang kita dengar hari ini membawa pada
simpul berbagai peristiwa dalam
sebuah kejadian di Bait Allah. Kedatangan Maria dan Yusuf untuk mempersembahkan Yesus kepada Allah di
tempat itu menjadi titik temu yang memukau.
Rencana Allah dan hidup manusia dipertemukan. Kita melihat bahwa harapan, kepercayaan, dan kesetiaan
semua orang terpusat dalam diri Yesus, bayi
Penyelamat itu. Simeon melihat kejatuhan dan 'kebangkitan' banyak orang dalam diri Yesus, dan menubuatkan
bagaimana jalan hidup manusia akan diubah
sama sekali oleh-Nya. Nabi Hana yang berumur 84 tahun itu baru mengenali Sang Penyelamat setelah sekian lama
berpuasa dan berdoa.
Lukas tiga kali menyebutkan peran Roh Kudus dalam
peristiwa ini. Penyebutan itu
bukan sebuah kebetulan. Yesus kelak juga akan memulai karya-Nya dalam kuasa Roh Kudus, dan setelah bangkit
dari kematian menghembuskan Roh Kudus kepada
para murid-Nya. Ketika dipersembahkan di kenisah sebagai bayi, Yesus berada dalam solidaritas dengan seluruh
umat manusia yang harus dimurnikan. Ia
sendiri tidak memerlukan pemurnian, tapi melalui peristiwa ini Ia menghubungkan ritual dan hidup manusia
dengan rencana Allah dalam Roh Kudus. Semua
kejadian di dunia ini berada dalam rencana ilahi.
Salah satu hal yang pantas dikritik dalam hidup
kita sehari-hari ialah kecenderungan
'mengecualikan' orang lain, baik yang pernah kita kenal maupun yang akan mempengaruhi jalan hidup
kita. Kemandirian sering dijadikan dalih untuk
bersikap egoistis. Kita kadang-kadang semena-mena menganggap orang lain 'tidak penting' bagi kita. Kita
ingin 'menghapus' peran orang-orang yang
kita benci. Kita tak mau kenal apalagi mendengarkan mereka yang kita anggap pengganggu keluarga kita, relasi
dan kelompok kita. Kita berusaha menjauhkan
semua orang dari keberhasilan kita karena merasa bahwa ini adalah pencapaian kita pribadi. Kita tidak mau
berpikir bahwa mereka yang kita
kecualikan itu seringkali justru yang sekian lama
mendoakan dan menghubungkan kita
dengan rencana Tuhan! Mereka adalah 'Simeon' dan 'Hana'.
"Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan
masuk ke bait-Nya!", demikianlah
perkataan Maleakhi (Bacaan I). Tuhan selalu datang tiba-tiba, maka Ia menyuruh utusan-Nya supaya
mempersiapkan jalan di hadapan-Nya. Lukisan
tentang rencana Tuhan dalam Kitab Maleakhi ini menyentak kesadaran kita. Menurutnya manusia takkan siap
dengan kedatangan Tuhan, karena kesombongan
dan egoisme. Namun, Tuhan berkenan memurnikan hati mereka melalui para utusan-Nya, "seperti
api tukang pemurni logam dan seperti sabun
tukang penatu". Para utusan Tuhan ini mungkin tak selalu menyenangkan
hati kita, tapi mereka sungguh
hanya mau menunjukkan keselamatan.
Yesus adalah satu-satunya Pengantara kita pada
Allah. Kendatipun demikian, kita
mesti mampu mengenali dan mengakui orang-orang yang dipakai-Nya untuk mengarahkan jalan hidup kita
masing-masing. Sebagian dari mereka ada di
dalam masa lalu kita, dan sebagian lagi mungkin belum atau baru kita
kenal di masa kini. Bahwa Allah
memilih mereka menjadi penghubung kita dengan-Nya tidak tergantung pada perasaan suka atau tidak suka kita, dan
juga apakah kita membutuhkan kehadiran mereka atau
tidak. Mereka hidup dan ada di sana. Allah
memakai mereka untuk menjalankan rencana-Nya atas diri kita.
Di hari Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah ini
kita dikembalikan pada kerendahhatian
untuk mempersembahkan seluruh hidup kita bersama Yesus dan para utusan-Nya. Tak ada orang yang
'tidak penting' di jalan hidup kita selama
ini. Tak ada satu pun keberhasilan yang semata-mata adalah usaha kita sendiri. Tak ada peristiwa apapun yang
bisa kita lepaskan dari orang-orang yang
telah menghubungkan kita dengan Allah. Sebaiknya kita menerima rencana-Nya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar