Sabtu, 08 Februari 2014

Menjadi, Daripada Hanya Mencari, Terang


Minggu Biasa V (A)
Yes 58:7-10, 1Kor 2:1-5, Mat 5:13-16
Oleh : Pst. Tedjoworo, OSC

Ada sementara orang yang sangat tergantung pada jumlah dukungan yang didapatkannya. Di halaman situs pertemanan dunia maya ada tombol 'Like' (Ing. 'suka') yang menampilkan jumlah pendukung yang setuju atau suka pada komentar dan foto tertentu. Tombol ini telah menjadi sebuah tren yang bisa menentukan perasaan dan keyakinan seseorang. Semakin banyak pendukung yang menekan tombol 'suka', orang merasa semakin bangga dan dibenarkan. Tetapi sebaliknya, ketika sedikit atau tak ada yang mendukung, orang merasa sendirian dan tidak percaya diri. Akhirnya sering terjadi ia sendiri menekan tombol itu dan menjadi satu-satunya yang menyukai komentarnya sendiri.

Mengapa kita sangat tergantung pada dukungan orang lain? Mengapa hidup kita ditentukan oleh sapaan, senyum, dan pujian orang? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat pribadi namun sekaligus menyentuh soal apakah kita menerima 'siapa' diri kita. Mereka yang hidupnya terus menerus mencari-cari dukungan orang lain akan lelah. Saat listrik padam dan lingkungan gelap gulita, orang cenderung mencari apapun yang dapat menjadi alat penerang. Jarang ada yang mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan itu dan akhirnya mampu melihat dalam kondisi minim cahaya. Yang terakhir ini memerlukan iman. Panggilan Tuhan sebetulnya sudah jelas. Tak perlu mencari-cari dukungan.

Yesus menyampaikan sabda yang kita dengar hari ini setelah meneguhkan para murid dan banyak orang dengan Sabda Bahagia. Ia mulai dengan kata-kata yang menghanyutkan, yakni bahwa mereka adalah "garam dunia". Sejak ribuan tahun sebelum Yesus garam sudah dipakai layaknya uang sebagai alat tukar menukar. Dulu garam lebih berharga daripada sekarang, dan muncul ungkapan apakah seseorang memang seharga 'garamnya'. Namun, yang terpenting di sini ialah bahwa Yesus tidak mengatakannya dalam tata bahasa untuk masa depan. Yang dikatakan-Nya adalah apa yang terjadi 'sekarang' ini!

"Kamu 'adalah' garam dunia. Kamu 'adalah' terang dunia." Jadi, mereka itu sekarang ini sudah merupakan garam dan terang. Perkataan dan perbuatan mereka sudah mempengaruhi dunia. Mereka penting dari dalam diri mereka sendiri. Seperti garam dan terang, para pengikut Yesus tidak perlu  mencari-cari perhatian atau dukungan apapun dari luar diri, sebab sesungguhnya mereka sendiri yang mempengaruhi keadaan di sekitar mereka. Misi Yesus, yang adalah Sang Terang Dunia, kini menjadi misi para pengikut-Nya. Kata-kata dan perbuatan Yesus adalah kata-kata dan perbuatan mereka. Sebuah pelita pun dapat menerangi "semua orang di dalam rumah"! Dengan kata lain, kita bisa bersikeras mengatakan bahwa kita hancur dalam kegelapan atau mempengaruhi semua orang bahwa kita masih bisa hidup!

Dalam keseharian, kita sering menghadapi situasi hambar dan gelap. Kita merasa hidup dan doa kita hambar karena 'begitu-begitu saja'. Kita mengalami beberapa kejadian yang gelap karena kegagalan dan kesalahan. Apa yang kita lakukan dalam situasi seperti itu? Ketika yang datang ke pertemuan lingkungan hanya sedikit, kita malah tak mau hadir lagi karena merasa 'tidak mendapat apa-apa'. Ketika mendengar gosip tentang seseorang, kita justru menimpali dengan penilaian dan kesimpulan yang negatif. Ada kalanya kita juga terlalu mendesak bahkan menuntut untuk diperhatikan, dipahami, dan didukung orang lain. Semua ini tidak membantu apa-apa, tidak juga menerangi sekitar sedikitpun. Yang hambar tetap hambar. Yang gelap makin gelap.

Kalau kata-kata itu kurang enak didengar, sabda Tuhan melalui Yesaya (Bacaan I) akan lebih menusuk perasaan kita lagi. Tuhan mengoreksi pengertian orang Israel soal makna 'berpuasa'. Berpuasa adalah menjadi 'terang' bagi orang lain, yakni ketika orang "tidak menyembunyikan diri" terhadap kebutuhan orang lain dan "tidak lagi mengenakan kuk kepada sesama serta tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah". Itulah artinya menjadi terang! Terang kita terbit dalam gelap manakala kita belajar memotivasi orang lain entah apapun tanggapan orang terhadap kita, melepaskan orang dari tuduhan yang tidak adil, dan secara terbuka mendukung orang lain daripada sekedar mengharapkan dukungan dari mereka.

Yesus memberi tahu 'siapa' kita. Ia menggambarkan keadaan yang sudah terjadi sekarang ini. Meskipun dunia ini gelap, kita adalah terang yang mampu menawarkan penglihatan. Kita mampu karena Yesus sendiri ada di belakang kita dan sesungguhnya Dialah terang yang sejati. Sekali beriman kepada-Nya, kita sudah diberi kemampuan untuk meyakinkan dan mempengaruhi orang lain untuk melihat jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi. Apakah kita bisa melihat diri kita berharga dari dalam diri kita sendiri? Apakah kita sadar bahwa iman kepada Yesus telah menjadikan kita garam yang selalu asin?

Kalau ya, mulai sekarang kita tidak perlu tergantung pada dukungan yang ditawarkan dunia ini. Kita sudah tahu siapa kita dan bahwa karena iman, kita masing-masing berharga di mata Tuhan. Tidak perlu khawatir akan apa kata orang. Tidak perlu menghitung jumlah orang yang 'suka' pada keputusan hidup dan inisiatif sehari-hari kita. Sekecil apapun inisiatif dan keputusan dalam iman itu, kita sudah menggarami dan menerangi dunia.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar