Date: Sat, 8 Mar 2014 12:50:36
Minggu Prapaskah I (A)
Kej 2:7-9; 3:1-7, Rom 5:12-19, Mat 4:1-11
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC
"Jika mau sehat, minumlah ini," begitu
kata seseorang yang menawarkan 'suplemen'.
Yang dimaksud dengan 'suplemen' ialah tambahan vitamin dan zat-zat tertentu yang dibutuhkan oleh
tubuh. Tetapi, istilah terpenting itu justru
acap kurang diperhatikan, yakni 'tambahan'. Karena ini adalah tambahan, diandaikan bahwa kita sendiri
yang memutuskan apakah memang kita perlukan
atau tidak. Berbeda dari obat, suplemen bukanlah untuk orang yang sakit, melainkan untuk mereka yang
ingin meningkatkan daya tahan tubuhnya. Konon
'bagus' untuk kesehatan, tetapi kalau tidak hati-hati ini justru dapat menimbulkan penyakit. Suplemen yang
bagus untuk orang yang tekanan darahnya rendah,
misalnya, belum tentu bagus untuk yang kadar gula darahnya tinggi. Baik bagi yang satu, dapat merugikan
bagi yang lain.
Kalau dibandingkan dengan kehidupan iman, gambaran
itu bisa membantu kita bersikap
hati-hati. Ada banyak tawaran di dunia ini yang dikatakan 'bagus' dan 'baik' kepada kita. Kita bisa
dibuat bingung oleh tawaran dan pemberian
yang nampaknya baik, namun sebetulnya tidak kita perlukan. Rasa tidak
enak untuk menolak sebuah
pemberian sering menjadi alasan bagi kita untuk akhirnya mengiyakan dan menerimanya. Di mana-mana godaan tidak
akan kelihatan buruk. Sebaliknya,
ia selalu kelihatan baik dan menarik hati.
"Jika Engkau Anak Allah..." ialah
kata-kata kunci si pencoba atau Iblis dalam
Injil Matius yang kita dengar hari ini. Kata-kata itu ialah inti seluruh godaan yang dialami Yesus
setelah berpuasa empat puluh hari empat puluh
malam, yaitu apakah Ia sungguh-sungguh Anak Allah. Ini menjelaskan mengapa Matius menulis tentang godaan
mengubah "batu-batu ini" (dalam bentuk jamak) menjadi roti. Yesus diminta memberi makan semua orang di
dunia, menggunakan keallahan-Nya
secara ajaib demi alasan yang sangat luhur, dan karenanya, menggoda.
Dalam godaan kedua, Iblis membawa Yesus ke bubungan
Bait Allah, lambang puncak kekuasaan
religius. Godaan ini memancing Yesus menunjukkan keallahan-Nya yang melebihi para pemimpin religius karena Allah
sendiri akan menatang-Nya. Yesus
menjawab, "Jangan mencobai Tuhan Allahmu!" Ia menegaskan bahwa Allah selalu ada di antara
manusia dan Ia tidak memerlukan pembuktian
manusia untuk keberadaan-Nya. Godaan ketiga menabrakkan keallahan Yesus
dan Allah sendiri. Siapakah Yesus
itu? Iblis belum tahu bahwa segala kuasa akan diberikan kepada Yesus ketika tergantung di kayu salib. Bukan
kebetulan bahwa di salib godaan
yang sama diucapkan kembali, "Jika Engkau Anak Allah..." Karenanya, semua godaan yang menghindarkan dari
salib, sebaik apapun
kedengarannya, berasal dari Iblis.
Di hadapan berbagai tawaran yang baik di sekitar
kita, selalu ada pilihan untuk
menerima atau menolak. Dalam kenyataan sehari-hari, ini makin sulit sebab kita mengira bahwa semua yang
luhur seakan-akan harus diterima dan diutamakan.
Kita bisa tergoda untuk bekerja dari pagi sampai malam dan mengabaikan keluarga sendiri. Ada
kalanya kita merasa perlu mengambil waktu
istirahat dan bersenang-senang, dan kita tidak mau diganggu oleh
siapapun. Kita pun mungkin terlalu
memuja seseorang hingga apapun yang diinginkannya kita desakkan pada orang lain. Yang paling lembut ialah godaan
untuk sibuk dengan semua pekerjaan
yang baik dan menghindari waktu untuk berdoa pribadi setiap hari. Masih banyak kebaikan lain yang menggoda.
Lukisan tentang 'godaan' dalam Kitab Kejadian
(Bacaan I) sangat sesuai dengan
permenungan kita. Tuhan menciptakan berbagai pohon "yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya".
Bahkan manusia pertama pun melihat bahwa buah
yang dilarang Tuhan untuk dimakan itu "baik untuk dimakan" dan
"menarik hati karena memberi
pengertian". Setiap godaan itu pada dasarnya baik dan menarik hati, seakan-akan mendorong
kita untuk memilihnya dan melakukanya kalau
itu berupa tindakan. Godaan berubah menjadi dosa ketika kita memutuskan untuk masuk ke dalamnya. Dan
biasanya kita, manusia, tidak sendirian
ketika masuk dalam godaan. Kita seringkali saling mempengaruhi dan akhirnya menyeret yang lain juga ke
dalam dosa.
Bagi setiap orang Kristen, godaan yang berbahaya
akan dimulai dengan kata-kata
"Jika engkau murid Kristus..." Identitas dan komitmen kita akan dipertanyakan, apalagi dalam hal-hal
yang membingungkan. Kita mungkin dicobai
untuk menggunakan rahmat Tuhan yang kita terima demi kepentingan sendiri (mengubah batu menjadi roti),
mengandaikan perlindungan Tuhan saat kita
ceroboh dengan hidup kita dan mereka yang percaya kepada kita (menjatuhkan diri dari atap Bait
Allah), serta lebih percaya pada kekayaan
dan kuasa daripada Allah sendiri (menyembah Iblis, memperoleh seluruh dunia).
Iman seharusnya membantu kita untuk menentukan
prioritas dalam berbagai situasi.
Iman ini juga menunjukkan tawaran-tawaran dunia yang sebetulnya hanya tambahan, 'suplemen' yang mungkin
kelihatan menarik tapi harus dinilai dengan
hati-hati. Karena kita adalah murid-murid Kristus, mari kita yakini bahwa pesan-pesan Injil Yesus Kristus
sesungguhnya sudah cukup sebagai bekal agar
kita tidak jatuh ke dalam dosa. Kita selalu bisa memilih untuk menerima ataupun menolak setiap godaan yang
nampaknya baik sekalipun.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar