Date: Sat, 5 Apr 2014 15:18:40
Yeh 37:12-14, Rm 8:8-11, Yoh 11:1-45
Oleh : Pst. H.Tedjoworo, OSC
Sebuah film layar lebar yang sukses pasti kemudian
dibuat 'sekuel' atau semacam
lanjutannya. Salah satu film yang sangat sukses itu berjudul "Die Hard", yang oleh sementara anak
muda diterjemahkan secara jenaka 'Nggak Mati-Mati'.
Film yang sudah dibuat hingga sekuel ke-5 ini sudah berusia 25 tahun sejak yang pertama diluncurkan
pada 1988. Kisahnya menarik karena menunjukkan
perjuangan yang tak pernah surut seorang detektif polisi dalam setiap aksi yang menegangkan.
Perjuangan itu ditampilkan sangat ulet dan
dengan segala cara. Penonton percaya bahwa tokoh ini, meski berkali-kali terpojok dan diserang dengan dahsyat
dari segala penjuru, tetap 'nggak mati-mati'
juga. Sebuah pelajaran bagi kita untuk berjuang habis-habisan.
Berhadapan, melihat, mengalami kejahatan setiap
hari di sekeliling kita bisa membuat
kecil hati. Dibanjiri dengan kata-kata yang buruk, caci maki, dan wajah yang bermusuhan setiap saat bisa
membuat kita sungguh kelelahan dalam hidup.
Bukan tak mungkin bahwa pada saat-saat tertentu kita ingin menyerah saja, karena sudah tidak yakin bahwa
usaha kita untuk bertahan hidup masih ada
artinya. Setiap serangan dan kejahatan begitu riil, bertambah dahsyat, dan mengarah pada kematian, baik fisik
maupun batin. Benarkah hidup kita ini hanya
soal 'bertahan' supaya tidak mati? Apakah kita akan selamat hanya karena iman kita? Masih bolehkah
berharap pada kuasa Tuhan?
Yohanes penginjil punya kemampuan seperti seorang
sutradara yang mengisahkan peningkatan
ketegangan dalam hidup Yesus. Dalam Injilnya kita bisa merasakan bukan hanya perjuangan manusia di
hadapan kelemahan dan dosa, tapi juga perjuangan
Allah melawan kejahatan dan kematian. Enam 'tanda' sebelumnya (air menjadi anggur, anak pegawai
istana, orang sakit di kolam Betesda, roti
untuk 5000 orang, berjalan di atas air, dan orang yang lahir buta) makin meningkat hingga tanda ke-7, yakni
menghidupkan Lazarus yang sudah mati. Semua
tanda itu persis bersamaan dengan ancaman yang makin kuat untuk membunuh Yesus. Sang Terang Dunia yang
makin bersinar itu makin tidak disukai,
dan makin hebat diserang untuk dimatikan.
Akan tetapi, yang mengherankan ialah bahwa
kepercayaan pada 'siapa' Yesus sesungguhnya
justru semakin kuat di antara pengikut-Nya. Dalam hal Lazarus, Yesus seakan-akan 'membiarkan' penyakit
itu makin parah dan membawa kematian.
Penyakit, kematian, emosi, rasa kehilangan, ancaman, semuanya bertautan. Yesus akan menunjukkan bahwa
di tengah semua itu akan dinyatakan "kemuliaan
Allah". Yohanes menggunakan dua kata untuk 'kehidupan', yakni 'bios' (Yun. 'hidup fisik sehari-hari
yang akan mati') dan 'zoe' (Yun. 'hidupnya
Allah, sumber hidup yang memancar kekal'). Kata yang kedua inilah yang dipakai oleh Yesus ketika
bersabda, "Akulah kebangkitan dan hidup" (11:25). Lazarus yang kehilangan hidup fisik, dipanggil keluar
oleh kekuatan hidup Allah yang
takkan mati oleh apapun juga!
Jiwa yang mati di saat tubuh masih bernafas itu
sungguh-sungguh ada. Mereka yang
sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi menghadapi berbagai kejahatan, dan bukan hanya kelemahan sendiri (!),
itu riil. Ada kalanya kebencian dari luar
diri kita begitu dahsyat dan bertubi-tubi, dan kita masih juga tidak mengerti mengapa orang lain terus
menerus melakukan yang jahat terhadap kita.
Di zaman kita ini sudah tidak diperlukan 'alasan' untuk membenci dan menjatuhkan seseorang. Orang yang tidak
berbuat jahat tetap saja diserang, yang
melayani dengan tulus pun masih difitnah dan digosipkan. Tujuan utama segala kuasa gelap itu hanya satu:
kematian. Orang baru akan puas dan berhenti
berbuat jahat kalau korbannya benar-benar sudah mati.
"Akulah Tuhan, pada saat Aku membuka
kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu dari
dalamnya, hati umat-Ku." Begitu sabda Tuhan melalui Yehezkiel (Bacaan I). Sabda ini penuh kuasa, sebab hanya
Allah yang dapat memberikan kehidupan,
sekalipun kepada "tulang-tulang yang sudah menjadi kering, pengharapan yang sudah lenyap, dan diri
yang sudah hilang" (Yeh 37:11). Pemahaman
apapun yang kita pakai untuk menilai bahwa kita sama sekali sudah mati, tetap tidak berarti di depan
kuasa Roh Allah yang menghidupkan. Yang paling
mati di mata kita pun masih bisa dihidupkan oleh Allah! Tetapi, bukan lagi kita yang mengusahakannya. Hanya
suara Allah yang bersabda.
Apakah kita mau menjawab soal kematian dengan
terlalu sederhana? Tidak. Kematian
adalah kematian. Tetapi, jiwa yang percaya kepada Allah tidak akan dikecewakan. Meski kita merasa bagaikan
tulang kering yang kehilangan diri dan
harapan, 'siapa' Yesus yang kita percayai itu tetap sama: Dialah kebangkitan dan hidup! Siapapun yang
dalam kelelahan dan keputusasaan tetap percaya
kepada-Nya - dan hanya percaya, bukan karena usaha sendiri – akan diselamatkan, dihidupkan, diberi mata
air yang memancar terus dalam dirinya (Yoh
4:14).
Kuasa untuk memberi kehidupan hanya ada pada Yesus.
Dialah 'hidup' ('zoe') itu
sendiri. Tidak ada kebencian, fitnah, serangan, dan kejahatan sedahsyat apapun dapat mematikan Dia. Percayalah
pada Dia, Sumber Hidup yang tidak mati-mati
juga itu. Niscaya kita mengalami sendiri bahwa kuasa Allah sungguh nyata dalam hidup kekal-Nya yang sudah
diberikan kepada kita.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar