Sabtu, 28 Juni 2014

Di Atas Batu Karang Ini



Date: Sat, 28 Jun 2014 11:56:12
Hari Raya Santo Petrus dan Paulus (A)
Kis 12:1-11, 2Tim 4:6-8.17-18, Mat 16:13-19
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC

Perhatikanlah apa yang terjadi pada perlombaan tarik tambang. Sosok yang berbadan besar, atau kalau tidak ada, yang gemuk, akan menjadi incaran semua orang. Mereka dari kelompok yang sama pasti berkerumun di dekat teman yang berbadan besar ini karena dialah satu-satunya jaminan bahwa mereka bisa menang. Tidak mungkin orang justru mendekati seseorang yang berbadan kecil dan kurus kering. Itu namanya 'salah alamat'. Di beberapa tempat di Amerika Serikat sering terjadi badai tornado yang mengerikan. Pada saat badai itu datang, orang disarankan bersembunyi di dalam bunker dan berpegangan pada sesuatu yang kokoh tertanam kuat ke dalam tanah. Itu supaya orang tidak sampai terbang terbawa angin yang bertiup sangat keras.

Dalam situasi yang membahayakan, tangan kita otomatis mencengkeram sandaran lengan di kursi atau apapun yang bisa kita gapai. Sebetulnya kita selalu membutuhkan 'pegangan', dan hal ini sangat berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika diserang atau dijatuhkan oleh banyak pihak, kita membutuhkan seseorang yang mau membela kita, yang menumbuhkan keyakinan kita kembali. Kita lari kepada seorang sahabat, seorang pembimbing, atau kalau tak menemukannya, kita pun lari kepada Tuhan. Kita mencari pegangan, karena yakin bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian di dunia ini.

Dengan cara yang sangat unik, Yesus mengajar tentang apa itu Gereja mulai dari pengenalan murid-murid-Nya akan diri-Nya. Ia mulai dari pandangan populer yang keliru tentang diri-Nya, baru kemudian membawa murid-murid-Nya pada jawaban yang benar, melalui Simon. Setelah Simon menjawab bahwa Yesus adalah "Mesias, Anak Allah yang hidup", Yesus menyebutnya sebagai yang 'berbahagia' (diberkati). Pengakuan iman itu bukan hasil pemikiran manusia belaka, tetapi adalah rahmat dari Bapa Surgawi. Kata-kata Yesus ini kelak dikuatkan oleh Paulus ketika mengatakan, "Tak seorang pun dapat mengaku 'Yesus adalah Tuhan', selain oleh Roh Kudus" (1Kor 12:3).

Simon, karenanya, diberi nama baru oleh Yesus, yakni Petrus (Yun. 'petros'), yang artinya adalah 'batu karang'. Perubahan nama dalam Kitab Suci menunjukkan bahwa seseorang menerima pengutusan yang luar biasa dari Allah. Matius dalam hal ini menempatkan Yesus sebagai Allah yang berkuasa mengubah nama dan memberi kuasa khusus dalam pengutusan-Nya. Pribadi Petrus menentukan pengutusannya. Maka, ketika bersabda bahwa "di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku" (Yun. 'mou ekklesia'), Yesus memang menunjuk pada pribadi Petrus, dan bukan hanya 'pengakuannya'. Hanya Gereja yang didirikan Yesus di atas batu karang ini akan bertahan, dan alam maut takkan dapat menguasainya. Ia bertahan karena adalah milik Kristus.

Dalam hidup sehari-hari ada banyak pengalaman yang bisa kita lihat kembali sehubungan dengan kepemimpinan. Kita beberapa kali memilih pemimpin kita. Kriteria pilihan kita bisa sangat masuk akal dan ideal, tetapi karena kharisma rohani tidak masuk di dalamnya, kadang-kadang kita salah pilih. Lebih parah lagi, bila pilihan kita itu digerakkan oleh sikap mengidolakan yang tidak kritis, kita akhirnya hanya bisa menyesali dukungan yang 'salah alamat' itu. Dan, sesudah salah alamat pun, kita sering masih gengsi untuk mengoreksi perkataan kita sendiri. Roh Kudus sebenarnya hadir dalam kharisma rohani yang sangat kuat dalam diri orang-orang tertentu di sekitar kita, yang sayangnya, terus menerus dipermasalahkan kelemahan manusiawinya.

Dalam Bacaan II (2Tim), Paulus sudah dekat dengan kematiannya, namun menggambarkan bahwa itu adalah sebuah "akhir pertandingan yang baik" karena ia "telah memelihara iman". Paulus akan mati, tetapi itu menjadi 'persembahan' yang berarti, bahkan dengan merujuk pada Kitab Daniel ia yakin "lepas dari mulut singa". Bagi Paulus, dan juga Petrus dalam Bacaan I (Kis), yang terutama dalam iman ialah diselamatkan dari kematian spiritual. Mereka sudah dibebaskan dari kematian ketika dulu dipanggil dan diberi kuasa oleh Yesus-bahkan nama mereka berdua telah diubah-untuk mewartakan Dia yang hidup dan yang masih menawarkan keselamatan. Mereka menjadi figur pemimpin yang kokoh, dan kematian pun takkan menguasai mereka lagi.

Gereja adalah kita. Kalau Gereja punya banyak kelemahan, itu karena dia adalah kita semua. Tidak ada Gereja yang sempurna layaknya sebuah masyarakat yang ideal. Yang ada di dunia ini hanyalah Gereja dengan segala kekurangan dan kekeliruannya, dengan para pemimpinnya yang jauh dari ideal, tetapi yang oleh Kristus disebut sebagai milik-Nya sendiri: 'Gereja-Ku'! Betapa dahsyat implikasi kata-kata Kristus ini, sebab kita sebagai Gereja akan dikasihi, dijaga, dan dibela habis-habisan oleh-Nya terhadap kekuatan dunia sejahat apapun.

Kita juga akan selalu ingat sabda Yesus itu, bahwa kita telah didirikan "di atas batu karang," di atas Petrus, di atas Paulus, di atas pribadi-pribadi orang-orang kudus yang riil dan pernah hidup di dunia ini. Kita akan aman kalau berpegang pada ajaran dan pengalaman iman mereka, sebagaimana dituliskan dalam Kitab Suci. Semoga kita tidak 'salah alamat', dan lebih penting lagi, kita berani mengoreksi diri untuk berpegang pada ajaran Gereja, yang adalah milik Kristus sendiri.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar