Minggu Biasa XIV (A)
Za 9:9-10, Rom 8:9.11-13, Mat 11:25-30
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC
Rata-rata orang sudah tahu, bahwa lulus dari bangku
sekolah atau kuliah bukanlah
sesuatu yang mesti dirayakan besar-besaran. Sesuatu yang lebih realistis dan susah menanti setelahnya:
pekerjaan. Sebagian orang sudah 'dipesan'
oleh perusahaan tertentu ketika mereka masih di tahun akhir studi, tetapi sebagian besar lain was-was
melihat masa depan karena tidak tahu harus
bekerja apa. Benarkah lapangan kerja itu sedikit sekali? Justru sebaliknya. Lapangan kerja begitu
banyak, namun para lulusan begitu gengsi untuk
mulai bekerja. Dalam benak mereka yang idealistis itu, pekerjaan harus cocok dengan kemampuan dan 'enak' untuk
dijalani. Di sinilah akar masalahnya.
Siapa yang mau mulai bekerja keras dengan gaji
sesuai upah minimum regional? Hanya
segelintir. Sebagian besar orang mencari pekerjaan yang 'enak' namun dengan gaji yang besar. Jadi,
sebenarnya tidak sulit mendapatkan pekerjaan. Yang sulit ialah mengalahkan gengsi untuk mulai bekerja keras.
Karena orang gagal dalam hal
terakhir ini, banyak waktu terbuang sia-sia di antara anak muda dan mereka yang berada di usia
produktif. Dan ketika orang 'tak punya pekerjaan',
keadaan menjadi berbahaya. Dalam situasi itu, orang terpancing untuk salah bertindak dan makin
meresahkan lingkungannya. Hal yang serupa
terjadi pula dalam kehidupan iman. 'Pengangguran' selalu meresahkan.
Kata-kata Yesus dalam Injil hari ini sungguh luar
biasa. Yesus bersyukur kepada
Bapa, tepatnya, bersukacita karena diteguhkan oleh Bapa, dalam hal kharisma yang dihadirkan-Nya di dunia.
Kata-kata Yesus itu menunjukkan kebahagiaan-Nya
karena berada di dunia dan berhasil membawa keselamatan Bapa di antara manusia. Keselamatan ini
"tersembunyi bagi orang bijak dan pandai, tetapi dinyatakan bagi orang kecil". Dasar dari kebahagiaan
Yesus ialah 'pengenalan-Nya' akan
Bapa, kedekatan-Nya yang sangat intim, sehingga apapun yang dilakukan Yesus sungguh-sungguh berkenan kepada Bapa.
Yesus mau membagikan kebahagiaan yang dialami-Nya
ini dengan para murid. Siapakah
murid-murid-Nya? Murid-murid Yesus hanyalah mereka yang bekerja keras dan berbeban berat, yang pada
masa itu berarti memang orang kecil yang hidupnya
secara fisik sungguh-sungguh tidak mudah. Terjemahan kita kadang-kadang kurang tepat. Yesus
bersabda, "Datanglah kepada-Ku, kalian
yang 'bekerja keras' dan diberi beban berat, maka 'hidup' kalian akan disegarkan." Yesus bicara soal
orang yang bekerja keras secara fisik (Yun.
'kopiao'), dan mengatakan bahwa hidupnya (Yun. 'psuxais') akan
disegarkan kembali (Yun.
'anapausin'). Kuk yang dipasang-Nya itu enak, sebab maksud Yesus tiada lain adalah: mengikuti dan
belajar daripada-Nya.
Mungkin pikiran kita masih terlalu idealistis.
Mungkin kita jarang mendapat kelegaan
dan kesegaran ketika membaca Kitab Suci, menghadiri pertemuan lingkungan, atau mengikuti Ekaristi.
Sangat bisa jadi, kita tidak memperoleh kesegaran
karena dalam keseharian kita tidak cukup bekerja keras, atau bahkan tak punya pekerjaan. Bagaimana
mau memperoleh kesegaran kalau bekerja pun
tidak, capek pun tidak? Kita sering terlalu minimalistis dan melakukan yang enak-enak saja. Di saat 'kurang
kerjaan', kita lantas meresahkan hidup bersama,
menceritakan kelemahan dan dosa orang lain, menyebarkan hawa permusuhan, dan semua hal lain yang
hanya mungkin dilakukan oleh orang yang
menganggur. Sekali lagi, soalnya seringkali bukan
tidak ada lapangan kerja, tetapi
kita tidak mau bekerja berat, tidak mau berjuang lebih keras untuk orang-orang yang kita kasihi.
Kitab Zakharia (Bacaan I) menggambarkan sosok raja
yang "lemah lembut dan mengendarai
seekor keledai beban muda". Imaji ini diambil dari prosesi pentahtaan Salomo seperti tercatat
dalam 1Raj 1. Nama 'Salomo' berarti 'yang
damai', dari kata 'shalom' (damai), dan memasuki Yerusalem di atas
keledai. Raja ini akan menang,
tetapi dengan cara damai, bukan dengan kereta, kuda, dan busur perang. Sosok raja seperti ini jelas berbeda dari yang
lain, sebab ia melegakan dan
memberi rasa aman kepada rakyat yang selama ini sudah banyak mengalami kesusahan hidup. Perang hanya akan
menghancurkan, bukan memulihkan
kehidupan. Dunia harus belajar apa artinya menjadi lemah lembut seperti raja damai itu.
Lebih dari kata-kata yang sekedar mau menghibur,
sabda Yesus hari ini sebenarnya
dimaksud untuk menegur. Kita yang rajin datang untuk mendengarkan Kitab Suci serta menyantap Tubuh
Kristus, perlu melihat diri sendiri: apakah
sudah bekerja keras dan memikul beban yang memang adalah tanggung jawab kita? Kalau kita masih terlalu gengsi
untuk bekerja keras, terlalu tinggi tuntutannya
untuk meniti karier 'dari bawah', terlalu malas untuk berjuang demi kehidupan keluarga, jangan
berharap juga untuk memperoleh keselamatan
Tuhan dengan cara yang 'enak'.
Hanya mereka yang bekerja keras setiap hari, dan
sepanjang minggu, pantas disebut
murid-murid Yesus. Setiap kali mereka akan dipanggil untuk datang kepada Yesus, mendengarkan Dia lagi,
dan belajar menjadi lemah lembut seperti
Dia. Yang letih dan lesu karena sudah bekerja dengan sungguh-sungguh, akan disegarkan kembali hidupnya karena
mengenali Yesus dalam sabda dan
sakramen.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar