Sabtu, 05 Juli 2014

Hidup Segar Karena Mengenal Dia

Date: Sat, 5 Jul 2014 11:39:34
Minggu Biasa XIV (A)
Za 9:9-10, Rom 8:9.11-13, Mat 11:25-30
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC

Rata-rata orang sudah tahu, bahwa lulus dari bangku sekolah atau kuliah bukanlah sesuatu yang mesti dirayakan besar-besaran. Sesuatu yang lebih realistis dan susah menanti setelahnya: pekerjaan. Sebagian orang sudah 'dipesan' oleh perusahaan tertentu ketika mereka masih di tahun akhir studi, tetapi sebagian besar lain was-was melihat masa depan karena tidak tahu harus bekerja apa. Benarkah lapangan kerja itu sedikit sekali? Justru sebaliknya. Lapangan kerja begitu banyak, namun para lulusan begitu gengsi untuk mulai bekerja. Dalam benak mereka yang idealistis itu, pekerjaan harus cocok dengan kemampuan dan 'enak' untuk dijalani. Di sinilah akar masalahnya.

Siapa yang mau mulai bekerja keras dengan gaji sesuai upah minimum regional? Hanya segelintir. Sebagian besar orang mencari pekerjaan yang 'enak' namun dengan gaji yang besar. Jadi, sebenarnya tidak sulit mendapatkan pekerjaan. Yang sulit ialah mengalahkan gengsi untuk mulai bekerja keras. Karena orang gagal dalam hal terakhir ini, banyak waktu terbuang sia-sia di antara anak muda dan mereka yang berada di usia produktif. Dan ketika orang 'tak punya pekerjaan', keadaan menjadi berbahaya. Dalam situasi itu, orang terpancing untuk salah bertindak dan makin meresahkan lingkungannya. Hal yang serupa terjadi pula dalam kehidupan iman. 'Pengangguran' selalu meresahkan.

Kata-kata Yesus dalam Injil hari ini sungguh luar biasa. Yesus bersyukur kepada Bapa, tepatnya, bersukacita karena diteguhkan oleh Bapa, dalam hal kharisma yang dihadirkan-Nya di dunia. Kata-kata Yesus itu menunjukkan kebahagiaan-Nya karena berada di dunia dan berhasil membawa keselamatan Bapa di antara manusia. Keselamatan ini "tersembunyi bagi orang bijak dan pandai, tetapi dinyatakan bagi orang kecil". Dasar dari kebahagiaan Yesus ialah 'pengenalan-Nya' akan Bapa, kedekatan-Nya yang sangat intim, sehingga apapun yang dilakukan Yesus sungguh-sungguh berkenan kepada Bapa.

Yesus mau membagikan kebahagiaan yang dialami-Nya ini dengan para murid. Siapakah murid-murid-Nya? Murid-murid Yesus hanyalah mereka yang bekerja keras dan berbeban berat, yang pada masa itu berarti memang orang kecil yang hidupnya secara fisik sungguh-sungguh tidak mudah. Terjemahan kita kadang-kadang kurang tepat. Yesus bersabda, "Datanglah kepada-Ku, kalian yang 'bekerja keras' dan diberi beban berat, maka 'hidup' kalian akan disegarkan." Yesus bicara soal orang yang bekerja keras secara fisik (Yun. 'kopiao'), dan mengatakan bahwa hidupnya (Yun. 'psuxais') akan disegarkan kembali (Yun. 'anapausin'). Kuk yang dipasang-Nya itu enak, sebab maksud Yesus tiada lain adalah: mengikuti dan belajar daripada-Nya.

Mungkin pikiran kita masih terlalu idealistis. Mungkin kita jarang mendapat kelegaan dan kesegaran ketika membaca Kitab Suci, menghadiri pertemuan lingkungan, atau mengikuti Ekaristi. Sangat bisa jadi, kita tidak memperoleh kesegaran karena dalam keseharian kita tidak cukup bekerja keras, atau bahkan tak punya pekerjaan. Bagaimana mau memperoleh kesegaran kalau bekerja pun tidak, capek pun tidak? Kita sering terlalu minimalistis dan melakukan yang enak-enak saja. Di saat 'kurang kerjaan', kita lantas meresahkan hidup bersama, menceritakan kelemahan dan dosa orang lain, menyebarkan hawa permusuhan, dan semua hal lain yang hanya mungkin dilakukan oleh orang yang
menganggur. Sekali lagi, soalnya seringkali bukan tidak ada lapangan kerja, tetapi kita tidak mau bekerja berat, tidak mau berjuang lebih keras untuk orang-orang yang kita kasihi.

Kitab Zakharia (Bacaan I) menggambarkan sosok raja yang "lemah lembut dan mengendarai seekor keledai beban muda". Imaji ini diambil dari prosesi pentahtaan Salomo seperti tercatat dalam 1Raj 1. Nama 'Salomo' berarti 'yang damai', dari kata 'shalom' (damai), dan memasuki Yerusalem di atas keledai. Raja ini akan menang, tetapi dengan cara damai, bukan dengan kereta, kuda, dan busur perang. Sosok raja seperti ini jelas berbeda dari yang lain, sebab ia melegakan dan memberi rasa aman kepada rakyat yang selama ini sudah banyak mengalami kesusahan hidup. Perang hanya akan menghancurkan, bukan memulihkan kehidupan. Dunia harus belajar apa artinya menjadi lemah lembut seperti raja damai itu.

Lebih dari kata-kata yang sekedar mau menghibur, sabda Yesus hari ini sebenarnya dimaksud untuk menegur. Kita yang rajin datang untuk mendengarkan Kitab Suci serta menyantap Tubuh Kristus, perlu melihat diri sendiri: apakah sudah bekerja keras dan memikul beban yang memang adalah tanggung jawab kita? Kalau kita masih terlalu gengsi untuk bekerja keras, terlalu tinggi tuntutannya untuk meniti karier 'dari bawah', terlalu malas untuk berjuang demi kehidupan keluarga, jangan berharap juga untuk memperoleh keselamatan Tuhan dengan cara yang 'enak'.

Hanya mereka yang bekerja keras setiap hari, dan sepanjang minggu, pantas disebut murid-murid Yesus. Setiap kali mereka akan dipanggil untuk datang kepada Yesus, mendengarkan Dia lagi, dan belajar menjadi lemah lembut seperti Dia. Yang letih dan lesu karena sudah bekerja dengan sungguh-sungguh, akan disegarkan kembali hidupnya karena mengenali Yesus dalam sabda dan sakramen.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar