Minggu, 30 Juli 2017

HARTA YANG INDAH DALAM DIRIKU



Hari Minggu Biasa XVII (A) 29 Juli 2017

1Raj 3:5.7-12, Rm 8:28-30, Mat 13:44-52
Oleh : Pst. H. Tedjoworo, OSC

Ternyata apa yang gratis tak selalu menarik bagi orang-orang di zaman ini. Undangan dan kesempatan yang sebetulnya sangat baik sering dilewatkan orang, dan kadang-kadang hanya karena alasan yang sangat sepele. Orang tak mau kena macet di jalan, ingin ‘istirahat’ saja, malu dengan yang belum kenal, sedang “tidak mood”, atau sekadar merasa malas untuk berbuat apapun, termasuk mandi dan makan. Kini semuanya bisa dipesan dari rumah kita dan akan diantarkan segera, asalkan kita punya aplikasi di telepon genggam. Dan semua itu bayar. Jadi, kita lebih memilih yang bayar daripada yang gratis. Dunia kita makin sempit, tak lebih dari kamar kita sendiri. Kalau bisa, kita ingin bekerja di rumah saja, tapi dibayar penuh layaknya karyawan kantor.

Akan jadi seperti apakah hidup kita? Hidup yang memuat berbagai kemungkinan luar biasa, kebersamaan yang membahagiakan, dan kesempatan sangat unik itu kehilangan keindahannya. Kita menyangka bahwa diri kita hanyalah “yang seperti ini”, tidak lebih dari rutinitas yang membosankan dari hari ke hari. Dunia yang sangat pribadi dan privat semacam itu membahayakan iman kita, sebab terpusat pada gambaran kita tentang diri sendiri. Kita tidak tahu atau mungkin tidak peduli lagi pada misteri rencana Tuhan atas hidup kita.

Pada waktu itu para murid telah siap menerima pengajaran Yesus melalui perumpamaan. Ketika Yesus menyampaikan beberapa gambaran tentang Kerajaan Surga, mereka segera menangkap bahwa dengan cara seperti itulah Allah mendekati manusia. Perumpamaan tentang harta terpendam, mutiara yang indah, dan pukat yang dilabuhkan di laut menyiratkan sebuah rahasia yang masih belum ditemukan manusia. Dan rahasia itu ada di dalam dunia ini. Kendati menyebutkan tentang akhir zaman, Yesus menggunakan hal-hal yang real dan dialami orang pada masa itu. Artinya, sesuatu yang sangat berharga masih tersembunyi dalam hidup manusia dan hanya dapat ditemukan dengan iman. Dan harta itu selama ini ada di sana, namun tak pernah dicari.

Berbeda dari Markus, Matius mengungkapkan sisi yang positif para murid Yesus. Ketika ditanya Yesus apakah mereka mengerti makna semua perumpamaan itu, mereka menjawab, “Ya, kami mengerti”. Menjadi murid yang mengerti adalah gagasan yang sangat penting bagi Matius, sebab pengertian ini akan membawa komitmen dan kebahagiaan. Orang yang mencari harta dan mutiara itu sama-sama “menjual seluruh miliknya”. Itulah komitmen. Seorang murid Yesus yang sudah menemukan rahasia hidup yang sangat berharga, akan rela kehilangan apapun juga. Kelak pada saat menjelang ajal, kita pun akan menyerahkan segala milik kita untuk bersatu dengan Kristus.

Ya, tapi itu nanti, bukan? Mengapa sekarang kita masih sulit berkomitmen dalam iman? Mungkin sebabnya ialah kita tidak percaya bahwa sesuatu yang sangat berharga itu sungguh-sungguh ada. Selama ini kita menganggap bahwa yang paling berharga adalah keluarga, pekerjaan, relasi, jaminan hari tua, rumah, tabungan, dan lain-lain. Sabda Yesus tidak boleh ditafsirkan bahwa kita harus menjual seluruh kekayaan kita, tetapi bahwa kita harus terus mencari harta terpendam, yang hanya bisa ditemukan dengan iman itu. Zaman kita ini diwarnai kenyataan bahwa orang ‘berhenti’ mencari, atau tak lagi percaya bahwa dalam dirinya ada sesuatu yang indah, namun tersembunyi. Hanya beberapa orang yang, karena imannya, sangat setia berkomitmen.
Mereka terlibat, melayani, berdoa, dan bekerja dengan sepenuh hati setiap hari, karena tidak mau menunggu sampai ajal menjemput. Mereka tidak mau mencari alasan apapun untuk menghindari tiap kesempatan yang diberikan Tuhan. Itulah arti “menjual seluruh milik”!

Kisah tentang permintaan raja Salomo kepada Tuhan dalam Kitab Raja-Raja (Bacaan I) sudah dikenal turun temurun. Ia memohon kepada Tuhan agar diberi “hati yang paham menimbang perkara”. Di manakah di dunia ini ada seorang raja yang begitu berkuasa, namun meminta kebijaksanaan? Penulis kitab ini melukiskan dengan indah tanggapan Tuhan, yakni bagaimana “Tuhan sangat berkenan bahwa Salomo meminta hal yang demikian”. Dengan kata lain, Tuhan sangat berkenan dengan apa yang dicari Salomo, sebab itu lebih berharga dari semua harta. Seandainya saja kita mohon sesuatu dan hal itu berkenan di hati Tuhan, alangkah pantas kita disebut terberkati karenanya!

Tuhan telah memberi kita masing-masing kharisma dan berbagai potensi iman yang mungkin selama ini masih belum kita temukan. Kadang-kadang kita membutuhkan orang lain untuk memberi tahu kita, untuk menunjukkan di manakah letak harta yang indah dalam diri kita itu. Mari kita pahami baik-baik, bahwa harta itu semata-mata ‘diberikan’ kepada kita karena kemurah-hatian Tuhan. Sekali menemukannya, kita akan dengan sepenuh hati terlibat dalam kebersamaan dan pelayanan iman. Mungkin pada saat itu kita akan ‘lupa’ dengan berbagai alasan yang dahulu pernah menghalangi keterlibatan kita.

Karena iman kepada Yesus, hidup kita tidak berhenti pada “yang seperti ini”. Masih banyak kejutan indah yang disiapkan Yesus bagi kita. Semoga kita terus mencari yang indah dan berharga itu dalam diri, dan tak perlu menunggu hingga terlambat nanti.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar