Yes 61:1-2a.10-11, 1Tes 5:16-24, Yoh
1:6-8.19-28
Oleh : Pst. Tedjoworo,
OSC
Apakah kritis itu berarti mempertanyakan? Ada
orang yang sangat yakin bahwa memang begitu. Oleh karenanya, ketika merasa diri
‘kritis’ sementara orang mulai mempertanyakan segala sesuatu, termasuk hal yang
sebetulnya sangat baik sekalipun! Pada titik itulah kesalahan cara berpikir
kita berakibat panjang dalam relasi dan kebersamaan. Semakin banyak
mempertanyakan hal-hal baik yang dilakukan orang lain, kita akan semakin
dipandang aneh. Tentu saja. Mengapa kita mesti mempertanyakan sesuatu yang
baik? Orang akan beranggapan bahwa kita senang mencari masalah. Keadaan yang
tenang dan damai malah hendak diusik dan diaduk-aduk menjadi keruh.
Kalau mau jujur, betapa sering kejadian
seperti ini kita alami, juga dalam kebersamaan iman dan pelayanan kita. Ada
yang “tidak senang” kalau karya pelayanan berjalan dengan baik dan semua orang
berelasi dengan rukun. Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya ‘oknum’, karena selalu
punya pikiran yang buruk dan negatif. Entah apa motivasinya, tapi kehidupan
beriman kita sudah kena dampaknya. Yesus, Terang itu, mungkin dilupakan dan
dianggap kurang penting.
Injil Yohanes yang kita dengar hari ini
dituliskan dengan sangat teliti dan penuh pewahyuan Roh Kudus. Persis di ayat
pertama, dituliskan bahwa “terjadilah seseorang yang diutus ‘dari’ Allah, namanya
Yohanes”. Sungguh mengejutkan bahwa dari beberapa kata depan dalam bahasa
Yunani, Yohanes Penginjil memilih kata ‘para’ (Yun.) di depan kata Allah. Kata
depan ini bermakna “dari sisi” atau bahkan dihadirkan oleh Allah sendiri.
Yohanes Pembaptis adalah sosok yang kelak diakui Yesus sendiri sebagai yang
terbesar dalam penilaian manusiawi. Injil ke-4 menempatkannya sebagai sosok
yang berasal dari Allah sendiri, yang tidak memerlukan pengakuan manusia.
Ketika beberapa imam dan orang Lewi, juga
orang-orang Farisi, mendatangi Yohanes untuk mempertanyakan siapa dia dan dari
mana kuasanya, kita menyadari bahwa ada salah paham. Perselisihan dalam Injil
bukanlah antara orang Yahudi dan para pengikut Yesus Kristus, yang ditunjuk
oleh Yohanes, melainkan di antara sesama orang Yahudi sendiri. Para imam, orang
Lewi, dan kaum Farisi mewakili daerah Yudea yang adalah kelompok elit agama
Yahudi, sedangkan Yohanes Pembaptis mewakili daerah Galilea tempat Yesus
berkarya. Itu sebabnya, Yohanes tidak membutuhkan pengakuan siapapun untuk
bersaksi tentang Yesus, yang adalah Sang Terang. Pertanyaan kelompok Yudea itu
salah alamat dan tidak penting sama sekali! Mereka merasa berhak menentukan
benar salahnya kesaksian Yohanes, padahal kuasa Allah bisa hadir di mana saja
tanpa perlu persetujuan manusia.
Situasi dalam Injil itu sangat aktual di masa
kita. Masalah bertebaran persis “di dalam” pelayanan dan kehidupan beriman
kita, karena ada orang yang merasa dirinya kritis dan berhak mempertanyakan
semua hal. Iklim positif dan saling mendukung akhir-akhir ini dirusak oleh sikap-sikap
demikian, sehingga umat yang sebetulnya hanya mau menikmati rahmat Tuhan dengan
tenang menjadi bingung. Kalau pelayanan dan kegiatan di gereja lebih bervariasi
dan hidup, seharusnya kita bersyukur dan memuji Tuhan, dan bukannya mencari
kejelekan dan kesalahan pengurusnya. Setiap usaha untuk mengarahkan umat kepada
Kristus adalah sama dengan kesaksian Yohanes Pembaptis. Masa Adven ini adalah
sungguh baik untuk mengoreksi setiap motivasi kita aktif dalam pelayanan:
Apakah kita masih bersaksi tentang Yesus, Sang Terang yang kita nantikan itu?
Apakah sikap dan wajah kita siap mendukung tindakan saudara-saudara kita yang
berhasil membawa umat semakin dekat dengan Kristus?
Yesaya dalam Bacaan I mengungkapkan motivasi
terbaik bagi setiap orang yang dipanggil dan diutus Tuhan. Roh Tuhan
semata-mata mengarahkannya untuk memberitakan kabar baik, merawat yang remuk
hati, membebaskan yang tertawan, serta memberitakan rahmat Tuhan. Tidak ada
sesuatupun yang negatif dan bersifat mempertanyakan dalam motivasi-motivasi
itu. Yang ada hanya kesadaran bahwa diri sendiri adalah ‘saksi’ bagi perbuatan-perbuatan
Tuhan. Seorang saksi pertama-tama melihat, menyadari, dan menyebarkan berita
baik itu kepada semua orang. Buahnya adalah suka cita!
Hari ini kita diingatkan oleh Kitab Suci untuk
kembali pada motivasi yang benar dan baik, untuk bersikap positif terhadap
pelayanan saudara kita atau untuk terlibat sendiri dalam pelayanan itu. Kalau
pelayanan seseorang berasal dari Tuhan sendiri, kita tidak perlu, tidak
penting, dan bahkan tidak berhak, untuk mempertanyakannya. Yohanes Pembaptis tidak
membutuhkan pengakuan dari elit Yudea untuk bersaksi tentang Yesus Kristus. Ia
sendiri muncul di depan umum karena kehendak Allah mempersiapkan kehadiran
Putera-Nya.
Semoga kita punya kebesaran hati untuk
menghargai dan mengapresiasi siapapun yang menghadirkan Tuhan di tengah umat.
Kita pun diundang untuk menjadi saksi bagi Terang itu. Semoga Ia berkenan
menggunakan diri kita.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar