Sabtu, 31 Maret 2018

Ia Mendahului Kamu


Malam Paskah (B)

“IA MENDAHULUI KAMU!”
Kej 1:1-2:1, Kel 14:15-15:1, Yeh 36:16-28, Rom 6:3-11, Mrk 16:1-8

Kadang-kadang sebuah alat tidak berfungsi persis di saat kita memerlukannya. Ketika harus menghubungi seseorang dan telepon genggam kita berhenti, kita mulai panik. Ketika layar komputer kita tiba-tiba tidak bereaksi, kita mulai kebingungan dan mencoba menekan berbagai tombolnya. Dalam keadaan tertekan, kita cenderung semakin salah bertindak, padahal mungkin yang dibutuhkan adalah hal yang sederhana: ‘restart’, matikan dan nyalakan kembali alat itu. Sesudahnya, masalah akan beres juga, kendati mungkin memerlukan waktu.

Memulai lagi, adalah sebuah keputusan yang sangat sederhana, namun membawa hasil yang luar biasa. Dalam kehidupan iman, kita akan menemukan betapa sering kita harus mulai lagi dan lagi. Ini tidak sama dengan mengulang. Orang yang merasa bahwa semuanya telanjur dan tak bisa diperbaiki lagi akan sulit melanjutkan hidup. Sebaliknya, kemauan untuk mulai kembali dari awal akan membarui hidup kita secara mengesankan, sebab ini hanya terjadi karena iman. Dalam perayaan ini, kita merenungkan sebuah awal yang baru. Kita mencoba lagi, bersama dengan yang lain, menemukan kekuatan dalam hidup, kekuatan dari Tuhan yang bangkit dari kematian.

Kalau sungguh-sungguh mengikuti Injil Markus, kita mungkin akan terkejut dengan kejadian-kejadian yang tak sesuai harapan. Injil yang melukiskan tindakan Yesus serba ‘segera’ ini mencatat hal-hal yang serba ‘terlambat’ di pihak para murid-Nya. Peristiwa itu terjadi “setelah lewat hari Sabat” dan “setelah matahari terbit”. Ketika para perempuan itu sampai di kubur, batu besar sudah terguling, dan bahkan ada seorang muda berjubah putih duduk di sana. Kegentaran mereka sangat besar, sampai ketika meninggalkan kubur, mereka berlari dan tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun karena takut.

Akan tetapi, syukurlah para murid Yesus perlahan-lahan mulai sadar dan mengingat pesan orang muda berjubah putih itu. Kata-katanya ialah “Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia”. Galilea? Mengapa Galilea? Benar, dari Galilealah semuanya ini dimulai. Dari sanalah Yesus dahulu memanggil mereka satu per satu menjadi murid-Nya. Dari sana juga Yesus mulai berkarya dan melakukan banyak mukjizat. Mereka harus kembali ke Galilea, sebab Yerusalem bukanlah pusat. Misi Yesus, Yang Tersalib, harus dilakukan dan dilanjutkan, namun kali ini di pundak mereka yang disebut para pengikut Yesus. Pesan Kebangkitan versi Markus terpusat pada sebuah permulaan baru, yang kini dijalani bersama dengan keberanian, bukan ketakutan.

Bagaimanakah kita setiap kali memulai hari yang baru? Sementara orang terbangun dengan mengingat beban dan kekhawatiran dari hari sebelumnya. Itu sebabnya orang sering mengeluh tidak bisa tidur nyenyak. Bangun pagi kerap kita alami dengan sakit kepala, masalah-masalah yang selalu mengganggu, dan bayangan orang-orang sulit yang harus kita hadapi pada hari itu. Pesimisme seperti ini juga mencemari kehidupan dan kebersamaan iman kita. Alih-alih mencoba memperbaiki relasi, kita tenggelam dalam pikiran ‘a priori’ terhadap orang lain. Alih-alih merencanakan suatu kerja sama yang baru, kita menyendiri dan tak mau lagi terlibat dalam kegiatan gereja. Kita terus menerus berpikir soal “siapa yang akan menggulingkan batu besar itu dari pintu kubur”. Kita sering lupa bahwa setiap hari adalah sebuah ciptaan baru yang Tuhan berikan sebagai kesempatan yang berbeda sama sekali. Iman akan kebangkitan membuatnya berbeda! Kita selalu bisa mencoba lagi, semua usaha, relasi, dan rencana itu, dengan iman.

Kisah penciptaan yang kita dengar dari Kitab Kejadian (Bacaan I) menumbuhkan keyakinan bahwa seluruh ciptaan Allah itu baik adanya. Setiap hari Ia memberikan kehidupan, hingga saatnya membentuk manusia yang disebutnya sungguh amat baik. Kendati kelak manusia berkali-kali mengecewakan-Nya, Allah akan tetap berusaha untuk menyelamatkan mereka, bahkan dengan membelah Laut Merah supaya umat-Nya lewat dengan selamat (Kitab keluaran). Akhirnya, dengan kematian Yesus di salib, Allah memberikan kehidupan yang baru melalui kematian terhadap dosa (Surat Paulus kepada Jemaat di Roma). Pembaptisan kita mengingatkan pada kesempatan baru yang selalu diberikan Tuhan setiap hari, untuk mencoba lagi dan lagi.

Malam hari ini, kita tidak mau menyerah pada berbagai sikap ‘a priori’ dan pesimistis. Kita tidak mau kalah dengan kekhawatiran dan ketakutan, yang selama ini menghambat diri kita sendiri untuk memperbaiki keadaan. Kalau sekarang masih gagal, esok hari kita akan mencoba lagi. Yesus, yang telah disalibkan itu, akan mengingatkan kita, supaya kita tahu bahwa setiap hari dalam hidup kita adalah sebuah ‘restart’, sebuah permulaan dan kisah penciptaan yang baru. Relasi, kerja sama, dan keterlibatan kita selalu bisa dimulai lagi dan diperbaiki.

Semoga kita dengan senang hati dan semangat baru, melanjutkan misi yang pernah dimulai Yesus di Galilea. Misi itu harus kita jalankan ke manapun kita pergi. Tuhan sudah mendahului kita di sana.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar