Malam Paskah (B)
“IA MENDAHULUI KAMU!”
Kej 1:1-2:1, Kel 14:15-15:1, Yeh
36:16-28, Rom 6:3-11, Mrk 16:1-8
Kadang-kadang
sebuah alat tidak berfungsi persis di saat kita memerlukannya. Ketika harus
menghubungi seseorang dan telepon genggam kita berhenti, kita mulai panik.
Ketika layar komputer kita tiba-tiba tidak bereaksi, kita mulai kebingungan dan
mencoba menekan berbagai tombolnya. Dalam keadaan tertekan, kita cenderung
semakin salah bertindak, padahal mungkin yang dibutuhkan adalah hal yang
sederhana: ‘restart’, matikan dan nyalakan kembali alat itu. Sesudahnya,
masalah akan beres juga, kendati mungkin memerlukan waktu.
Memulai
lagi, adalah sebuah keputusan yang sangat sederhana, namun membawa hasil yang
luar biasa. Dalam kehidupan iman, kita akan menemukan betapa sering kita harus
mulai lagi dan lagi. Ini tidak sama dengan mengulang. Orang yang merasa bahwa
semuanya telanjur dan tak bisa diperbaiki lagi akan sulit melanjutkan hidup.
Sebaliknya, kemauan untuk mulai kembali dari awal akan membarui hidup kita
secara mengesankan, sebab ini hanya terjadi karena iman. Dalam perayaan ini, kita
merenungkan sebuah awal yang baru. Kita mencoba lagi, bersama dengan yang lain,
menemukan kekuatan dalam hidup, kekuatan dari Tuhan yang bangkit dari kematian.
Kalau
sungguh-sungguh mengikuti Injil Markus, kita mungkin akan terkejut dengan
kejadian-kejadian yang tak sesuai harapan. Injil yang melukiskan tindakan Yesus
serba ‘segera’ ini mencatat hal-hal yang serba ‘terlambat’ di pihak para
murid-Nya. Peristiwa itu terjadi “setelah lewat hari Sabat” dan “setelah
matahari terbit”. Ketika para perempuan itu sampai di kubur, batu besar sudah
terguling, dan bahkan ada seorang muda berjubah putih duduk di sana. Kegentaran
mereka sangat besar, sampai ketika meninggalkan kubur, mereka berlari dan tidak
mengatakan apa-apa kepada siapapun karena takut.
Akan
tetapi, syukurlah para murid Yesus perlahan-lahan mulai sadar dan mengingat
pesan orang muda berjubah putih itu. Kata-katanya ialah “Kamu mencari Yesus
orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Ia
mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia”. Galilea? Mengapa
Galilea? Benar, dari Galilealah semuanya ini dimulai. Dari sanalah Yesus dahulu
memanggil mereka satu per satu menjadi murid-Nya. Dari sana juga Yesus mulai berkarya
dan melakukan banyak mukjizat. Mereka harus kembali ke Galilea, sebab Yerusalem
bukanlah pusat. Misi Yesus, Yang Tersalib, harus dilakukan dan dilanjutkan,
namun kali ini di pundak mereka yang disebut para pengikut Yesus. Pesan
Kebangkitan versi Markus terpusat pada sebuah permulaan baru, yang kini
dijalani bersama dengan keberanian, bukan ketakutan.
Bagaimanakah
kita setiap kali memulai hari yang baru? Sementara orang terbangun dengan
mengingat beban dan kekhawatiran dari hari sebelumnya. Itu sebabnya orang
sering mengeluh tidak bisa tidur nyenyak. Bangun pagi kerap kita alami dengan
sakit kepala, masalah-masalah yang selalu mengganggu, dan bayangan orang-orang
sulit yang harus kita hadapi pada hari itu. Pesimisme seperti ini juga mencemari
kehidupan dan kebersamaan iman kita. Alih-alih mencoba memperbaiki relasi, kita
tenggelam dalam pikiran ‘a priori’ terhadap orang lain. Alih-alih merencanakan
suatu kerja sama yang baru, kita menyendiri dan tak mau lagi terlibat dalam
kegiatan gereja. Kita terus menerus berpikir soal “siapa yang akan menggulingkan
batu besar itu dari pintu kubur”. Kita sering lupa bahwa setiap hari adalah
sebuah ciptaan baru yang Tuhan berikan sebagai kesempatan yang berbeda sama sekali.
Iman akan kebangkitan membuatnya berbeda! Kita selalu bisa mencoba lagi, semua
usaha, relasi, dan rencana itu, dengan iman.
Kisah
penciptaan yang kita dengar dari Kitab Kejadian (Bacaan I) menumbuhkan
keyakinan bahwa seluruh ciptaan Allah itu baik adanya. Setiap hari Ia
memberikan kehidupan, hingga saatnya membentuk manusia yang disebutnya sungguh
amat baik. Kendati kelak manusia berkali-kali mengecewakan-Nya, Allah akan
tetap berusaha untuk menyelamatkan mereka, bahkan dengan membelah Laut Merah
supaya umat-Nya lewat dengan selamat (Kitab keluaran). Akhirnya, dengan
kematian Yesus di salib, Allah memberikan kehidupan yang baru melalui kematian
terhadap dosa (Surat Paulus kepada Jemaat di Roma). Pembaptisan kita
mengingatkan pada kesempatan baru yang selalu diberikan Tuhan setiap hari,
untuk mencoba lagi dan lagi.
Malam
hari ini, kita tidak mau menyerah pada berbagai sikap ‘a priori’ dan
pesimistis. Kita tidak mau kalah dengan kekhawatiran dan ketakutan, yang selama
ini menghambat diri kita sendiri untuk memperbaiki keadaan. Kalau sekarang
masih gagal, esok hari kita akan mencoba lagi. Yesus, yang telah disalibkan
itu, akan mengingatkan kita, supaya kita tahu bahwa setiap hari dalam hidup
kita adalah sebuah ‘restart’, sebuah permulaan dan kisah penciptaan yang baru. Relasi,
kerja sama, dan keterlibatan kita selalu bisa dimulai lagi dan diperbaiki.
Semoga
kita dengan senang hati dan semangat baru, melanjutkan misi yang pernah dimulai
Yesus di Galilea. Misi itu harus kita jalankan ke manapun kita pergi. Tuhan
sudah mendahului kita di sana.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar